Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam ketika Serigala Memanggil Bulan

15 Mei 2018   22:33 Diperbarui: 15 Mei 2018   23:00 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.680news.com

Adalah malam paling kelam di antara meruyaknya kecemasan akan tiadanya sepercikpun cahaya datang. Hitam yang paling hitam menindih dengan segenap kekuatan. Pepohonan seperti raksasa yang tertidur. Bernafaskan kabut setebal airmata matahari yang lamur.

Serigala-serigala. Penguasa kegelapan bermata kaca. Bergerak mencari mangsa. Melolong kesakitan. Tertusuk lengan ilalang. Terpeleset batu berliur lumut. Terjungkal menabrak semak. Kesakitan berteriak-teriak.

Saat para pemangsa tak lagi menjadi penguasa. Karena tak sedikitpun dituntun cahaya. Yang terjadi adalah keributan.

Saat para penguasa menjadi pemangsa. Meneteskan rasa lapar berlebihan. Yang nampak adalah kekacauan.   

Saat para pemangsa menjadi penguasa. Seisi hutan dihabiskan. Demi tuntasnya kekenyangan. Yang terlihat adalah ketamakan.

Malam ketika serigala melolong memanggil bulan. Adalah malam paling sunyi yang meruntuhkan kesendirian. Membangunkan induk semang ketakutan. Sedahsyat badai menenggelamkan lautan. Ketika para nelayan berjuang memapah perahunya mencari ikan.

Pekanbaru, 15 Mei 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun