Tentang musim
Apa yang dilihatnya. Â Benar arak-arakan awan. Â Bukan gulungan asap hitam. Â Dari kepulan mesiu dan gumpalan asap knalpot kendaraan. Â Atau hutan yang terbakar dan nafas busuk cerobong pabrik raksasa yang menguar.
Ini seharusnya musim hujan. Â Para petani masih menggulung pematang. Â Sisa air dibagi-bagi. Â Untuk mematangkan bulir-bulir padi. Â Untuk kolam tempat hidup ikan-ikan gurami. Â Juga untuk isi ketel sore nanti ketika tiba waktunya menyeduh kopi.
Tentang angkasa
Apakah lubang-lubang yang terlanjur dikuliti sudah terjahit rapi. Â Jika belum, tunjukkan bagaimana caranya agar sengatan cahaya itu tidak berbahaya. Â Sudah tugasmu untuk melindungi segenap penghuni. Â Bukankah kau disebut sebagai langit karena kaulah bangunan atap semesta?
Tentang matahari
Apakah arah terbitnya masih tetap sama. Â Tepat di titik kejora berada. Â Tidak bergeser sedikitpun. Â Jika itu terjadi tentu kami mohon ampun. Â Karena itu berarti ada bagian dari bumi yang lebih terpanasi. Â Sisanya harus menyalakan lebih besar lagi api.
Tentang bumi
Apakah kelihatan. Â Potongan mimpi yang berjatuhan di atap rumah orang-orang. Â Setiap malam. Â Beritakan segera jika itu mimpi buruk. Â Melalui kerlip bintang atau kedipan kunang-kunang. Â Supaya orang-orang itu terjaga dari tidurnya. Â Tidak berharap lebih pada mimpi yang memperdaya.
Berita dari langit tentulah berita yang terpercaya. Â Daripada terus-terusan kami dihantui berita tentang luka, duka, airmata dan malapetaka. Â Disebarkan oleh mulut dan mata yang mudah saja bertipu daya.
Jakarta, 11 Mei 2018