Raja bermimpi. Â Dia merasa memasuki sebuah dunia yang berbeda. Â Dirinya berada di sebuah jalanan yang sibuk dengan lalu lalang orang. Â Tapi orang-orang ini berpakaian aneh. Â Tidak seperti orang-orang jaman sekarang. Â Para wanitanya menggunakan kain dan kemben. Â Lelakinya memakai celana selutut dengan baju atas tidak berkancing. Â Bahkan sebagian bertelanjang dada tidak memakai baju atas.
Raja tidak melihat mobil, becak atau sepeda. Â Jalanan ramai oleh kuda dan kereta. Â Ini sebuah tempat yang bisa disebut kota. Â Namun tanpa McD, KFC, Starbucks dan brand-brand ternama lainnya.Â
Matanya celingukan kemana-mana. Â Mencari-cari sesuatu yang bisa dikenalinya. Â Raja yakin dia sedang berada di dunia mimpi. Â Tapi suasana benar-benar seolah nyata. Â Raja bahkan mencubit lengan sekuatnya untuk memastikan tidak terasa apa-apa. Â Pemuda ini terlonjak kaget! Lengannya memerah hitam dan dia kesakitan!
Pemuda ini berjalan mengendap-endap di sela-sela bangunan bata. Â Dia melirik pakaiannya yang masih melekat. Â Celana jeans dan kaos oblong berwarna hitam dengan gambar mawar dan pistol, Guns n' Roses. Â Dia akan menjadi perhatian jika muncul di keramaian. Â Kebetulan saja tadi tidak ada yang memperhatikan karena kemunculannya dalam mimpi persis di belakang gerobak yang penuh dengan sayuran dan buah-buahan.
-----
Pandangan Raja tersangkut di beberapa lembar baju dan celana yang tergantung di pinggir sebuah toko kecil. Â Pemuda ini kembali mengendap-endap seperti maling. Â Dirogohnya saku celana, ada dompet tapi masa sih dia bisa membeli barang dengan uang kertas masa kini, eh masa depan tentu saja kalau saat ini. Â Biarlah dia pinjam tanpa bilang. Â Raja nyengir kecil-kecilan. Â Tetap saja mencuri namanya. Â Biarlah, nanti dia kembalikan atau digantinya dengan bekerja.
Raja keluar dari gang kecil itu dengan pakaian yang sesuai dengan sekitarnya. Â Kali ini dia tidak mengendap-endap lagi. Â Astaga! Kenapa pula perutnya merasa sangat lapar. Â Seandainya ini benar-benar mimpi tak mungkin lapar ini terjadi. Â Usaha terakhir, Raja memejamkan mata sekuatnya lalu membukanya tiba-tiba. Â Berharap dia terbangun dari tidur sehingga bisa ongkang-ongkang kaki di dapur sambil menikmati sekeping coklat atau bolu buatan ibunya.
Tidak ada yang terjadi. Â Bahkan beberapa orang mengumpat ke arahnya yang berjalan di tengah jalan seenaknya sehingga hampir saja tertabrak oleh kuda yang dikendarai seorang gagah bertampang keras dengan baju prajurit kerajaan.
Raja buru-buru melompat ke pinggir. Â Mengangkat tangan depan dada pertanda minta maaf. Â Penunggang kuda itu tidak memperdulikannya.Â
Rupanya laki-laki berkuda itu adalah pembuka jalan bagi iring-iringan. Â Karena di belakangnya lewat juga beberapa penunggang kuda dengan pakaian yang sama. Â Prajurit kerajaan. Â Beberapa kereta yang terlihat mewah berada di tengah-tengah rombongan. Â Kereta kencana yang sangat indah.
Raja berdiri di pinggir bersama orang-orang yang sekarang berjajar di pinggir jalan mengelu-elukan rombongan tersebut. Â Kereta-kereta kencana itu berjalan perlahan dengan jendela terbuka. Â Menunjukkan wajah-wajah yang bersih rupawan melambaikan tangan.Â