Aku adalah perantaramu. Â Menyebarkan benangsari pada putik-putik yang kesepian. Â Ujar serombongan kupu-kupu kepada angin yang bingung menentukan arah kemana harus rebah.
Aku adalah lantaranmu. Â Menebar biji-bijian di tanah-tanah yang kekeringan. Â Kata sekawanan burung kepada matahari yang kesulitan menembus belukar untuk menghangatkan pori-pori bumi.
Suara-suara misterius bersahutan di lantai hutan dan savana. Â Ketika benangsari dan putik saling berpagutan. Â Menunggu kelahiran biji-biji berpecahan. Â Tenggelam di rahim serasah. Â Lalu berkecambah. Â Menjadi calon-calon bunga dan pohon buah.Â
Siklus berputar seperti komidi putar. Â Selalu kembali di tempatnya semula. Â Selama tidak ada penyamun yang memutuskan rantai perputarannya.Â
Seperti yang dilakukan mesin-mesin raksasa terhadap ribuan jengkal tanah yang dibelah. Â Mengusir kupu-kupu karena bunga-bunganya tak lagi ada. Â Menggebah burung dan lebah karena pohonnya tak lagi berbuah. Â Sebab batang dan dahannya terbaring busuk di permukaan tanah.
Jakarta, 17 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H