Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kisah Lantai Hutan dan Savana

17 April 2018   23:44 Diperbarui: 18 April 2018   00:18 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah perantaramu.  Menyebarkan benangsari pada putik-putik yang kesepian.  Ujar serombongan kupu-kupu kepada angin yang bingung menentukan arah kemana harus rebah.

Aku adalah lantaranmu.  Menebar biji-bijian di tanah-tanah yang kekeringan.  Kata sekawanan burung kepada matahari yang kesulitan menembus belukar untuk menghangatkan pori-pori bumi.

Suara-suara misterius bersahutan di lantai hutan dan savana.  Ketika benangsari dan putik saling berpagutan.  Menunggu kelahiran biji-biji berpecahan.  Tenggelam di rahim serasah.  Lalu berkecambah.  Menjadi calon-calon bunga dan pohon buah. 

Siklus berputar seperti komidi putar.  Selalu kembali di tempatnya semula.  Selama tidak ada penyamun yang memutuskan rantai perputarannya. 

Seperti yang dilakukan mesin-mesin raksasa terhadap ribuan jengkal tanah yang dibelah.  Mengusir kupu-kupu karena bunga-bunganya tak lagi ada.  Menggebah burung dan lebah karena pohonnya tak lagi berbuah.  Sebab batang dan dahannya terbaring busuk di permukaan tanah.

Jakarta, 17 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun