Kau mungkin jarang mendengar ini. Â Sebuah tempat bernama Tikauli, museum genosida hewan-hewan langka.Â
Badak yang digergaji culanya. Â Atas nama penyakit yang tak ada obatnya. Â Harimau Benggala dikuliti, demi kemewahan panggung pamer peragawati bertelanjang dada. Â Bulu Macan tutul digelar sebagai permadani, pengganti karpet Persia yang melegenda.
Tempat ini seperti neraka yang dijatuhkan ke bumi. Â Altar penghukuman bagi hewan-hewan yang jumlahnya cuma bisa dihitung dengan jari.Â
Para pemburu layaknya hantu. Â Bersenapan tua menjinjing kepala rusa bertanduk empat. Â Tanduknya akan dibuat mahkota. Â Kepalanya dijajar di dinding seperti lukisan monalisa yang menua.
Cukup satu peluru. Â Hewannya berkurang satu. Â Mari berhitung jika pemburunya lebih dari seribu.Â
Binatang-binatang perkasa. Â Mudah saja jadi alas kaki. Â Bagi orang-orang yang berhenti mempunyai hati.
Jakarta, 3 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H