Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-orang yang Mencintai Angin

2 April 2018   21:26 Diperbarui: 2 April 2018   21:33 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Nelayan-nelayan yang memapah perahunya. Menaiki puncak gelombang dan membuang pancing di antara lembahnya. Berharap menjumpai ikan-ikan yang lengah. Di antara jepitan karang yang bisa membuat kailnya patah.

Mereka mencintai sebagai rasa terimakasih karena anginnya berdiam diri.

Para pengendara angkasa. Memotret bumi dari udara untuk memastikan apakah pohon dan hutannya masih ada. Angin mendorongnya dengan sederhana. Naik turun dengan gemulai seperti tiupan asap dupa. Pada sebuah upacara.

Mereka mencintai sebagai wujud kasih karena anginnya sungguhlah pengasih.

Petani-petani yang merapikan ujung pematangnya. Sawah-sawahnya mesti diairi dengan hati-hati. Semilir angin mengisikan bulir-bulir padinya ruh kehidupan. Bagi anak-anak Adam agar tak kelaparan. 

Mereka mencintai sebab padinya tak membusai oleh angin yang tak jadi membadai.

Para ilmuwan yang menengadah.  Memandangi kincir-kincir raksasa memutari langit dengan megah.  Mengalirkan listrik tanpa harus memuntahkan minyak mentah.  Dari perut bumi yang bisa jatuh dalam mual dan begah.

Mereka mencintai sebab anginnya sengaja tak mau berhenti. Agar kincir-kincirnya tidak mati.  Sehingga cahaya tetap bisa memanaskan api.

Orang-orang yang mencintai angin.  Menuntaskan ingin dengan tak membabi buta.  Atas nama cinta yang bukan pura-pura.

Jakarta, 2 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun