Serumpun bambu di depanku. Bergerak tak tentu arah di guncang angin yang rendah. Nampaknya mereka sedang berdo'a. Tapi tak tahu ditujukan kemana.
Bukankah do'a juga seperti udara. Merambat kemana-mana mencari Tuhannya.Â
Menyusupi benak yang bersemak karena dosa. Menggelungi lidah yang berbisa karena banyak bicara. Mencuci mata yang berjelaga karena sering melihat hal tercela.
Tak ada tanda seperti apa apabila do'a itu bertemu yang dicarinya. Sebuah halilintar yang menggelegar. Ataupun suara sehening kuburan. Tak ada apa-apa. Sekosong ruang hampa.
Rumpun bambu itu berhenti menari-nari. Do'anya telah tersampaikan. Isi do'anya cukup rahasia. Hanya orang-orang yang paham cinta saja yang sanggup merasakannya.
Jakarta, 21 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H