Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Luka Sayatan Masa Lalu

17 Maret 2018   22:35 Diperbarui: 17 Maret 2018   22:53 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: vebma.com

Kesungguhan seperti apa yang mesti dipertanyakan lagi.  Sedangkan dalam gelap saja aku berlari.  Hanya bertumpu pada seberkas cahaya satu titik.  Dari sisa airmatamu yang menitik.

Dalam gelap aku meraba hati.  Barangkali ada api yang bisa dinyalakan.  Memakai pemantik dari jiwa yang tak mudah terkalahkan.

Kebenaran apalagi yang harus diberi tanda tanya.  Sedangkan aku sudah bersepakat dengan pinta.  Untuk tidak lagi mengadukan keinginan di dalam kedinginan.  Cukuplah sudah bersengketa dengan ketidaktahuan.

Dalam ingin aku menyatukan tekad.  Sebulat purnama ketika datang mendekat.  

Mau seperti apa yang membuat ragu.  Sedangkan sembilu saja aku tandai dengan lampu.  Supaya aku ingat letak sayatan masa lalu.  Sehingga tak mengulang sejarah pilu lelaki yang gagal menjadi pemburu.

Dalam sayatan itu aku potret lukanya.  Aku abadikan dalam album dengan kamu di sampul muka.  

Bagiku.  Luka sayatan masa lalu seumpama sajak sekeras batu.  Tak lekang oleh waktu.  Tapi bisa dibacakan selembut gerakan daun puteri malu.

Bogor, 17 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun