Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Mendo'akanmu, Anakku!

14 Maret 2018   14:18 Diperbarui: 14 Maret 2018   14:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mendo'akanmu dimulai dari begitu kamu mulai menali sepatu.  Mengambil tas lalu mencium tangan ibumu.  Mengucapkan salam dengan berteriak di antara angin yang mengibarkan jilbab kecilmu, do'akan aku ibu!

Aku mendo'akanmu di saat kau sedang bergelut dengan buku-buku.  Menyesap pelajaranmu seperti tarian kupu-kupu.  Berkelana dari bunga ke bunga sembari memamerkan keindahan sayapnya kepada dunia.

Aku mendo'akanmu ketika kau pulang dari sekolah dengan wajah lesu.  Mencium pipi ibumu dan berkata, aku lelah ibu.  Matematika itu sungguh menguras sarapanku. 

Aku mendo'akanmu waktu kau memulai tidurmu dan mempersiapkan mimpi di sisa malam.  Mimpi yang aku titipkan kepadamu adalah mimpi tentang bulan dan matahari.  Keduanya akan membawamu kepada cahaya yang berbeda.  Namun semua dengan langit di bawahnya.

Itu artinya bercita-citalah setinggi di atas langit.  Jangan berhenti hanya di bawah awan.  Kamu akan kehujanan.  Aku mendo'akanmu menjadi cahaya keduanya anakku.

Ingat satu hal saja.  Kala kamu mencium tangan dan pipi ibumu.  Itu berarti separuh surga telah menurunkan tangganya.  Jangan sia-siakan hanya karena kamu makin dewasa dan ibumu semakin menua.

Aku mendo'akanmu dari sini.  Dari tempat ayah sedang menuliskan sejumlah puisi.  Ini untuk bekalmu nanti.  Di saat kamu ingin melihat pelangi,  puisi itu kelak bisa meneteskan hujan.  Kamu hanya tinggal minta bantuan matahari.  Jatuhkan sinarnya di rintik cuaca yang sedang temaram.

Jakarta, 14 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun