Bulan itu menatap gagu. Ke arah pohon nira yang mulai kehilangan gula. Hara yang jadi makanannya sungguh pahit. Terlalu banyak bercampur dengan plastik dan pestisida.
Sebelum purnama. Semestinya ada sedikit rasa manis yang biasa diberikan Nira. Diaduk oleh lembut cahayanya.Â
Orang-orang memerlukan cahaya yang tidak seadanya. Hidup seruncing pucuk cemara. Jangan sampai patah hati hanya karena purnama yang dinanti merajam hati.
Pilu sekarang adalah makanan penutup. Setelah menikmati lara sebagai cicipan pembuka. Dan pecahan kaca di jamuan utamanya.
Bulan itu menjadi ragu. Harus mencari cara agar purnamanya tidak semenjana. Para pencari cinta tidak boleh kehilangan apa yang dicarinya. Seumur hidup itu yang ditunggu mereka.
Bogor, 14 Maret 2018Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H