Kejora dan Seroja itu bertatapan. Â Satu di ujung langit satu di ujung bumi. Â Sama-sama sendiri. Â Lalu sepakat untuk saling menukar sunyi.Â
Kejora itu memulakan cerita;
Aku adalah penguasa ufuk. Â Pendampingku adalah burung dekuk. Â Cahayaku kuderma untuk para pejalan dinihari. Â Sebagai pengganti kegelapan yang seringkali menutupi.
Seroja itu menyambungkan cerita;
Aku adalah bunga yang membunuh bunga lainnya sebelum memekarkan yang berikutnya. Â Aku ditakdirkan sebagai bunga penyendiri. Â Keindahanku dinyawai oleh kematian. Â Bagi mereka yang paham apa arti kesendirian.
Ketika Kejora menemui Seroja. Â Itu berarti senyap bertemu dengan lenyap. Â Sama-sama memohon kepada waktu. Â Agar diijinkan mencairkan hati yang beku. Â Sebelum muksa berbarengan ditelan matahari dan dipusarakan bumi.
Jakarta, 11 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H