Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Kejora Menemui Seroja

11 Maret 2018   19:24 Diperbarui: 11 Maret 2018   19:36 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejora dan Seroja itu bertatapan.  Satu di ujung langit satu di ujung bumi.  Sama-sama sendiri.  Lalu sepakat untuk saling menukar sunyi. 

Kejora itu memulakan cerita;

Aku adalah penguasa ufuk.  Pendampingku adalah burung dekuk.  Cahayaku kuderma untuk para pejalan dinihari.  Sebagai pengganti kegelapan yang seringkali menutupi.

Seroja itu menyambungkan cerita;

Aku adalah bunga yang membunuh bunga lainnya sebelum memekarkan yang berikutnya.  Aku ditakdirkan sebagai bunga penyendiri.  Keindahanku dinyawai oleh kematian.  Bagi mereka yang paham apa arti kesendirian.

Ketika Kejora menemui Seroja.  Itu berarti senyap bertemu dengan lenyap.  Sama-sama memohon kepada waktu.  Agar diijinkan mencairkan hati yang beku.  Sebelum muksa berbarengan ditelan matahari dan dipusarakan bumi.

Jakarta, 11 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun