Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alang-alangnya Membatu

10 Maret 2018   18:40 Diperbarui: 10 Maret 2018   18:50 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kerepotan aku harus meyakinkan api.  Begitu dia tahu aku telah mencuri dengar percakapan alang-alang yang hendak membakar dirinya sendiri.  Kesepian tanpa teman katanya.  Yang ada hanya alang-alang dan alang-alang. 

Tak ada yang mau bertumbuh di sini.  Di padang tandus yang haus.  Hanya alang-alang yang sanggup bertahan.  Jangankan meranti, rumput teki pun pasti mati.

Kesulitan aku menjelaskan pada air.  Padamkan nanti jika alang-alangnya sudah menjadi abu.  Jangan sampai ladang dan hutan ikut terbakar.  Airnya enggan.  Untuk apa aku menurunkan hujan kalau hanya untuk perbuatan melawan takdir Tuhan.

Tak urung hujan datang bergulung-gulung.  Menyiram sekeras-kerasnya.  Sisa alang-alangnya membatu.  Kelak akan meraja lagi jika padang itu tetap dibiarkan membisu.

Bogor, 10 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun