Memberi tubuh puisi. Â Dengan kalimat yang diambil dari keikhlasan pematang pada rumpun padi. Â Melindungi batang lemahnya dari genangan berlebihan. Â Agar tidak membusuk hingga ke bulir-bulirnya.
Menyulam langgam puisi. Â Dengan nada yang dipinjam dari para sinden pelantun tembang linuwih. Â Agar terdengar hingga ke puncak pengertian. Â Untuk apa sesungguhnya petuah diberikan.
Menyampaikan arti sebuah puisi. Â Dengan kata-kata yang dieja oleh kibasan sayap pemberani. Â Burung-burung Kapinis yang melintasi batasan ruang. Â Menunjukkan kekuatan makna sampai pada puncak tertinggi.
Mengenakan tanda baca bagi puisi. Â Dengan titik dan koma yang tepat pada tempatnya. Â Berikut tanda seru dan tanda tanya yang menegaskan kehadirannya. Â Serupa dengan jeritan, teriakan, kerutan dan diam.
Membungkus puisi yang sudah jadi. Â Dengan daun-daun yang dipetik dari pohon Baobab. Â Bercerita tentang sebab akibat. Â Lalu dibawa menghadap pagi dan senyap.
Mempersembahkan lembaran puisi. Â Dengan cara bersimpuh kepada Pemilik Kuasa. Â Menyatakan dengan mimik sederhana. Â Semua ini berasal dariNYA.
Menentukan sebuah puisi cinta untuk siapa. Â Dengan gerak bibir, murninya hati dan tatap mata. Â Kepada nama yang disebut dalam setiap nafas yang dijeda. Â Mempunyai makna simpul yang tak lagi bisa dibuka.
Bogor, 10 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H