Perempuan dari balik kaca. Â Memandangi pagi dengan tak berkedip. Â Tak ingin kehilangan bagaimana kabut merambati daun jendela. Â Ini kesempatan baginya. Â Mendinginkan kawah yang menyala di hatinya.
Malam tadi. Â Perempuan itu menjahit jatuhan mimpi. Â Koyak dan berlubang-lubang. Â Jika tak ditambal, Â percuma untuk dijadikan harapan.
Pagi ini. Â Perempuan itu terbangun dengan sudut mata menggelap. Â Bara masih tertinggal dengan jelas. Â Kemarahannya sampai pada batas. Â Mimpinya hampir selalu kandas.Â
Perempuan itu menghancurkan kaca jendela. Â Dia tak ingin terhalangi bayangan maya. Â Menuba pandangannya. Â Menipu keinginannya.
Perempuan dari balik jendela yang tak lagi berkaca. Â Bangkit berdiri. Â Berniat meninju pagi. Â Geramnya berlapis-lapis langit. Â Malamnya sungguh selalu terasa pahit.
Perempuan itu memutuskan berlari. Â Berlawanan arah dengan pagi. Â Menuju suatu tempat bernama sunyi.
Sampit, 4 Maret 2018
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H