Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan dari Balik Jendela

4 Maret 2018   06:19 Diperbarui: 4 Maret 2018   08:10 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: poeticpoems.wordpress.com

Perempuan dari balik kaca.  Memandangi pagi dengan tak berkedip.  Tak ingin kehilangan bagaimana kabut merambati daun jendela.  Ini kesempatan baginya.  Mendinginkan kawah yang menyala di hatinya.

Malam tadi.  Perempuan itu menjahit jatuhan mimpi.  Koyak dan berlubang-lubang.  Jika tak ditambal,  percuma untuk dijadikan harapan.

Pagi ini.  Perempuan itu terbangun dengan sudut mata menggelap.  Bara masih tertinggal dengan jelas.  Kemarahannya sampai pada batas.  Mimpinya hampir selalu kandas. 

Perempuan itu menghancurkan kaca jendela.  Dia tak ingin terhalangi bayangan maya.  Menuba pandangannya.  Menipu keinginannya.

Perempuan dari balik jendela yang tak lagi berkaca.  Bangkit berdiri.  Berniat meninju pagi.  Geramnya berlapis-lapis langit.  Malamnya sungguh selalu terasa pahit.

Perempuan itu memutuskan berlari.  Berlawanan arah dengan pagi.  Menuju suatu tempat bernama sunyi.


Sampit, 4 Maret 2018

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun