Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi │ Menambal Udara

22 Februari 2018   16:52 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:55 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: oppps.ru

Begini jika udara ditambal menggunakan nafas yang tak kentara.  Dari orang-orang pinggiran yang nasibnya ada di ujung keranda.  Disapu banjir atau terkena penyakit lendir.

Luas makam untuk orang-orang ini harus dikali tiga.  Jika dibandingkan jumlah matinya para pembesar atau orang-orang kaya.  Jangan sampai kuburan pun menjadi susun. Berhimpitan, berdesakan dalam satu himpunan tulang-tulang.

Berita kematian.  Di negeri yang disebut negeri para pemburu surga.  Tak berlonceng.  Senyap.  Lenyap dalam sekejap.

Bukan karena mati oleh sebab dipteri dan kurang gizi tak lagi penting untuk menjadi berita.  Namun karena pertengkaran ternyata lebih memenuhi halaman koran dan layar kaca. 

Jakarta, 22 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun