Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tujuh Alasan Kenapa Aku Mencintaimu

21 Februari 2018   19:48 Diperbarui: 21 Februari 2018   20:14 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: theodysseyonline.com

Ada tujuh alasan kenapa aku mencintaimu.  Diawali saat kau mendidihkan pesisir dengan tatapanmu yang segarang berang-berang kelaparan.  Kepada laut yang diam.  Juga kepadaku yang hanya memusatkan pikiran pada sajak ikan yang tenggelam.

Lalu kau meramu sepi dengan ucapanmu waktu itu; buatlah puisi tentang sunyi.  Aku ingin berdiri di pinggiran mimpi.  Ramai itu terlalu melukai.

Ketiga, waktu kau membaca sajak yang aku tuliskan dengan terbata-bata.  Dan matamu memancarkan cahaya.  Melesat tanpa bisa dicegat.  Aku seketika terjerembab.  Bersiap menghadapi alasan keempat.

Selanjutnya kau menjadi bahan lamunan yang tak pernah bisa diperbincangkan.  Hanya keratan angan-angan yang lama kelamaan merenta.  Tanpa disengaja.

Alasan kelimanya cukup rumit.  Kau menjadi patahan bumi yang menyempit.  Menghimpit pikiranku yang serupa pulau kosong di tengah lautan.  Sendirian.  Kemudian berniat melakukan pemberontakan.   

Keenam, Mendadak kau seterang purnama di malam yang membuta.  Aku sampai harus menyipitkan mata.  Memilih membanjirkan puluhan ribu kata.  Menjajarkan buku-bukunya di rak yang terbuka.

Alasan terakhirku mencintai.  Adalah do'a-do'a bagi mimpi yang selalu mengintai.  Tidak boleh sama sekali ada prasasti tanpa tulisan.  Tentang cinta yang terabaikan.

Jakarta, 21 Februari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun