Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Tunggu Ceritamu di Muara Citarum

4 Februari 2018   10:31 Diperbarui: 4 Februari 2018   10:36 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan menderas di hulu Citarum. Membawa serta lumpur yang lama berjemur dan jamur yang satu per satu gugur. 

Perjalanannya akan lama. Banyak tikungan tajam di hilir sana. Belum lagi tebing curam berlapis-lapis. Termasuk juga harus melewati tempat-tempat yang membuat hati teriris.

Sesampainya nanti di muara. Akan ada banyak cerita. Seperti apa beratnya memikul batu-batu yang memberati bahu. Bagaimana caranya bertemu air asin dengan muka hambar dan tawa samar. 

Juga cerita di pantai yang membujur panjang.  Tempat para punggawa penjaga meregang kepanasan. Ketakutan akan ganas gelombang yang makin masuk menjajah daratan

Ceritamu perlu dilengkapi sepenuh hati. Yaitu dengan menanam ribuan api-api. Menenangkan pesisir agar tak perlu khawatir. Sesungguhnya lautan itu bukan benda yang fakir.

Apabila cerita ini tamat saja belum. Kami akan kembali mengendarai Citarum. Dengan perahu yang dibuat dari kekuatan benang dan jarum. Mendaratkan peduli dalam sebuah album.

Muara Gembong, 4 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun