Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beberapa Perkara

4 Februari 2018   07:54 Diperbarui: 4 Februari 2018   10:40 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.blog.chooseandwork.fr

Kau bilang bahwa tungku di hatimu mulai menyala.  Beberapa perkara telah memantiknya begitu tiba-tiba. 

Perkara-perkara yang termasuk dalam daftar bencana;

Kau menuduhku pencumbu waktu. Merayu pendulum yang bergerak tetap agar sejenak membatu. Sehingga waktu lalu menjadi milikku.

Kau anggap aku penadah gelisah. Berencana menandai setiap jejak hujan yang basah. Lalu menjadikannya serangkaian kata manis yang bersepah.

Kau mendakwaku menggantikan peran Rahwana. Punya sepuluh wajah dengan sepuluh kepala. Di balik setiap sumpahku, kau sebut sebagai sandiwara.

Kau sangka aku pengkhianat hati. Menawarkan mimpi yang berapi. Kemudian menyiraminya kembali hingga padam dan mati.

Beberapa perkara itu mendudukkan aku di kursi depan serambi dengan mata berpecahan kaca dan hati terjengkang masuk jeruji.  Sementara di hadapanku hujan yang datang menderu seolah berusaha menangkapku. 

Aku tak hendak menjawab perkaramu. Kau tahu persis seperti apa jawabanku. 

Bogor, 4 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun