Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kontemplasi

30 Januari 2018   07:48 Diperbarui: 30 Januari 2018   07:58 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau duduk di bawah pohon mangga yang sedang berbunga.  Memejamkan mata.  Kau tak pedulikan betapa embun saling berkedip dengan bunga-bunga. Kau hanya berharap.  Bergulir lepas semua tempurung yang mengurung kepala.

Kau menabuh keriuhan dalam hati.  Meminta sunyi segera pergi.  Bertahun telah ditemani.  Sudah tiba masanya meraih mimpi.

Kau tak beranjak sedikitpun dari rumput yang membasahi selendangmu.  Kau bersyukur basah itu mengingatkan.  Kering itu ternyata menyakitkan.

Kau menengadah.  Masih terpejam.  Ada ruang di langit yang bisa menampung keinginanmu.  Ruang yang selalu disediakan bagi kenangan yang hendak dijahit secara sempurna.  Yaitu kenangan yang terbagi antara cinta, dosa dan airmata.

Kau membuka mata.  Selesai sudah kau membuang reka-reka.  Kini bukan hampa yang menghampiri.  Tapi sepercik bahagia yang mulai menampakkan diri.

Jakarta, 30 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun