Kau duduk di bawah pohon mangga yang sedang berbunga. Â Memejamkan mata. Â Kau tak pedulikan betapa embun saling berkedip dengan bunga-bunga. Kau hanya berharap. Â Bergulir lepas semua tempurung yang mengurung kepala.
Kau menabuh keriuhan dalam hati. Â Meminta sunyi segera pergi. Â Bertahun telah ditemani. Â Sudah tiba masanya meraih mimpi.
Kau tak beranjak sedikitpun dari rumput yang membasahi selendangmu. Â Kau bersyukur basah itu mengingatkan. Â Kering itu ternyata menyakitkan.
Kau menengadah. Â Masih terpejam. Â Ada ruang di langit yang bisa menampung keinginanmu. Â Ruang yang selalu disediakan bagi kenangan yang hendak dijahit secara sempurna. Â Yaitu kenangan yang terbagi antara cinta, dosa dan airmata.
Kau membuka mata. Â Selesai sudah kau membuang reka-reka. Â Kini bukan hampa yang menghampiri. Â Tapi sepercik bahagia yang mulai menampakkan diri.
Jakarta, 30 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H