Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenangan yang Diperjuangkan

20 Januari 2018   13:18 Diperbarui: 20 Januari 2018   13:41 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seandainya kau ada di sini.  Bersamaku meruntuhkan dinding beku yang memberati sengketa hati.  Aku akan ucapkan terimakasih dengan cara memberimu kepingan batu bata reruntuhannya.  Untuk membangun kembali istana yang diwariskan oleh kerajaan-kerajaan besar yang menyanjung cinta.

Seandainya kau ikuti aku.  Membetulkan ulang sejarah yang keliru.  Aku akan menggandeng tanganmu menyeberangi waktu.  Kita putar balik pendulumnya.  Sembari menyemai kamboja di upacara pemakamannya.

Seandainya kau bersedia membaca.  Apa yang kutuliskan di tengah huru-hara cuaca di Jakarta.  Aku akan membungkus suara hujan yang terlantar.  Aku kirimkan bersama sepucuk surat pengakuan.  Kau adalah kenangan yang sedang aku perjuangkan.

Seandainya kau mau meramu kopi untukku.  Tolong jangan diberi gula.  Aku ingin merasakan pahit seutuhnya.  Agar lidahku memahami sepenuhnya. Seperti apa jika berusaha memetik mawar tanpa terkena duri tajamnya.

Jakarta, 20 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun