Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menyalakan Ulang

17 Januari 2018   00:31 Diperbarui: 17 Januari 2018   03:17 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sinar di langit © kenkoglobal.com

Menyusun ulang bintang-bintang yang berantakan di langit yang tak mampu lagi memberi pesan.  Memerlukan usaha sekeras air melubangi batu.  Harus dimulai dengan semangat sekuat lautan ketika memulai gelombang.

Menyalakan ulang cahaya di hatimu yang hampir padam.  Sungguh lah membutuhkan nyali sepanas api.  Mesti menghela nafas berulangkali sambil menuliskan sajak-sajak sedingin dinihari.

Menata ulang penunjuk arah di jalanan yang terkadang disesatkan oleh ketidaktahuan.  Membuatku menjelma jadi pelari yang sedang mengejar pelangi. Ada warna-warna yang mesti dicat ulang. 

Merah sekarang kekurangan darah.  Jingga tak lagi senja.  Kuning lebih mirip daun kering.  Hijau dimampatkan oleh rasa tak hirau.  Biru nampak terlalu lugu.  Nila tak punya jiwa.  Ungu terenggut oleh mau yang terlanjur membatu.

Jika semua telah pada tempatnya semula.  Menyalakan ulang hatimu tak akan sesulit mengalahkan Rahwana.  Cukup dengan mengatakan cinta.  Maka kau akan menjawab iya tanpa lagi terbata-bata.

Jakarta, 16 Januari 2018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun