Untuk kesekian kali. Â Aku memanggilmu datang kesini. Â Di sebelahku yang sedang memilin jerami. Â Di ujung pematang sawah yang sedang diairi oleh para petani di desa yang sepi.
Udara pagi sangat menjanjikan untuk dihirup dalam-dalam. Â Di situ ada semangat untuk mematahkan mitos kegelapan. Â Supaya harimu tidak dikuasai lagi oleh kelam. Â Akibat dari kecurigaanmu terhadap sengketa yang ditimbulkan oleh kepahitan.
Sekarang tiba masanya untuk menabur benih sisa kunyahan Kasuari. Â Di kebun yang kita bangun dengan ketulusan hati. Â Kelak kita akan memanen seribu kebaikan. Â Dari seribu kebajikan yang tidak perlu diperjualbelikan.
Kita akan terpesona betapa dari sebuah mimpi yang sederhana. Â Lahir sebuah cinta yang meraksasa. Â Atas nama kehilangan yang kemudian ditemukan. Â Saat dunia berterus terang kepada kita dan kita baru menyadarinya.
Bogor, 14 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H