Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memanggilmu Kesini

14 Januari 2018   10:56 Diperbarui: 14 Januari 2018   11:02 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kesekian kali.  Aku memanggilmu datang kesini.  Di sebelahku yang sedang memilin jerami.  Di ujung pematang sawah yang sedang diairi oleh para petani di desa yang sepi.

Udara pagi sangat menjanjikan untuk dihirup dalam-dalam.  Di situ ada semangat untuk mematahkan mitos kegelapan.  Supaya harimu tidak dikuasai lagi oleh kelam.  Akibat dari kecurigaanmu terhadap sengketa yang ditimbulkan oleh kepahitan.

Sekarang tiba masanya untuk menabur benih sisa kunyahan Kasuari.  Di kebun yang kita bangun dengan ketulusan hati.  Kelak kita akan memanen seribu kebaikan.  Dari seribu kebajikan yang tidak perlu diperjualbelikan.

Kita akan terpesona betapa dari sebuah mimpi yang sederhana.  Lahir sebuah cinta yang meraksasa.  Atas nama kehilangan yang kemudian ditemukan.  Saat dunia berterus terang kepada kita dan kita baru menyadarinya.

Bogor, 14 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun