Aku di bibir samudera Â
Meramu angin dengan pasir
Di ceruk pesisir yang semakin tersingkir
Terdesak oleh lumpur dan sisa terumbu yang terdampar Â
Air laut memekat Â
Minyak dan sampah saling melekat Â
Ujung buih tak lagi putih
Ombak bergulung tertatih-tatihÂ
Aku di pinggiran hutan
Membuka cadar semak dan rotan
Tertinggal hanya padang belukar
Para raksasa telah bertumbangan
Gajah, Harimau dan Orang Utan
Berserabutan melarikan diri
Jauh ke dalam belantara yang tinggal sebesar panggangan roti
Menunggu hangus dalam hitungan hari
Aku di bekas persawahan
Berjumpa burung-burung pipit yang terlantar
Meja perjamuannya sekarang berubah menjadi beton, baja dan rasa lapar
Keahliannya berburu, merampok dan melanun habis terbakar
Bulir padi menjelma remah-remah besi
Para petani merubah diri jadi kuli
Pagi yang biasa berkicau
Kini hiruk pikuk menuju kacau
Berdiri di hadapan pahit
Nyatanya bumi semakin sakit
Terbaring, tersayat dan berlubang
Menunggu zaman memanggilnya pulang
Jakarta, 18 Desember 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H