Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengikuti Perintah Hati

25 Oktober 2017   15:57 Diperbarui: 25 Oktober 2017   16:02 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk tidak mempertanyakan kenapa senja termangu di sudut langit yang hampir menggelap

Aku justru bertanya mengapa malam tak mau berkekasih cahaya

Jikapun ada purnama, maka itu hanya lampu besar yang digantung sementara

Tak boleh juga menuntut matahari untuk menurunkan kadar panasnya

Tuntutan itu bisa membuat matahari patah hati

Bertindak berlebihan lalu membakar sejadi-jadinya

Jika mengikuti perintah hati

Aku berminat memasang taruhan di pertengahan mimpi

Aku belokkan di perempatan siang

Menuju tempat yang teduh dan rindang

Yaitu tempatmu melamun merindukan petang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun