Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sesungguhnya Gelap itu Menanam Cahaya

12 Oktober 2017   05:37 Diperbarui: 12 Oktober 2017   05:40 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari hati para pecinta dinihari.  Menyiarkan kabar tentang cahaya gemerlapan.  Wajah-wajah tersirami air pancuran.  Memeluk hening sekuat pantai mencengkeram angin.  Memandang ke arahNYA yang tak bisa dilihat.  Namun memiliki mata ribuan kali terang matahari.

Sesungguhnya gelap itu menanam cahaya.  Bukan kunang-kunang dan bukan pula purnama.  Cahaya itu bersumber dari jiwa-jiwa yang berkeliaran.  Menyalakan persembahan bagi Yang Menciptakan batu dan ranting kering.  Diadu oleh gesekan berkali-kali.  Jadilah api.

Tidak benar istilah menanam angin akan menuai badai.  Menanam angin akan menuai cahaya.  Karena angin akan menyisir setiap laut untuk mencari mutiara.  Sumber cahaya lain untuk menyudahi kegelapan.  Karena itu jangan pernah takut pada pekat.  Selama kau menggenggam erat tangan malaikat.

Jakarta, 9 Oktober 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun