Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Drama Kemanusiaan dari Nobel Perdamaian

4 September 2017   06:46 Diperbarui: 4 September 2017   07:21 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Drama kemanusiaan tersaji di meja makan

Para politisi yang lebih mementingkan suara dibanding nyawa

Mata mereka mengikuti setiap hulu berita

Tentang jajak pendapat bukan jejak kiamat

Suara rintihan orang meregang nyawa

Jauh lebih tak terdengar dibanding sorakan pemilih pemula

Suara ketika manusia dibangkaikan dalam kuburan tak bernisan

Hanya rintih lirih dibanding gempita nobel perdamaian

Ya Tuhan,

Jika masih ada pasukan ababil-MU

Kirimkan hingga memenuhi langit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun