Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panjang Pendek Kalimatmu

27 Agustus 2017   18:50 Diperbarui: 27 Agustus 2017   22:49 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sependek kalimatmu waktu menggerutu pada rumpun bambu yang saling bergesekan menyanyikan nada nada pilu. 

Berhentilah menyayat hati! Aku pemimpi yang sudah bangkit dari tidur panjang ribuan hari!

Sepanjang kalimatmu saat sayap kupu kupu membawakanmu manisnya madu dari sarang yang dibangun para lebah pekerja beribu ribu.

Manisnya ini sudah terbaui.  Cecapan pertama membuka mata.  Rasa berikutnya menggelontor jiwa dengan lekat dari perekat yang hanya bisa diketahui ketika hati tertandai.  Tidak ada cecapan terakhir.  Karena manis madunya tak akan pernah berakhir.  

Panjang pendek kalimatmu laksana air bah menghantam kesendirian yang sengaja menyepi menunggu pagi.  Seperti gerakan ular memanjat akar. Bagaikan nada staccato merayapi gedung opera.  Menghanyutkan kotoran berupa kegelisahan ke selokan remang remang.

Karena kamu sudah hafal dengan lafal lafal perjuangan...

Bogor, 27 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun