Mendatangi senja. Â Seorang lelaki yang merasa dirinya adalah penyendiri, hendak mengadukan sunyi.Â
Lelaki itu tak pernah melepaskan genggaman tangan. Â Pada sebuah artefak yang sering disebut kenangan.Â
Warna senja mulai terlihat. Â Lelaki itu buru-buru memasukkan semua aduan ke dalam saku. Â Sebentar lagi adalah saatnya. Â Bercerita panjang lebar mengenai cinta.
Muka lelaki itu memucat. Â Senja terlihat tak enak hati. Â Wajahnya sedikit menghitam dan terdengar suara lirih geraman. Â Lelaki itu maju mundur seperti burung tekukur. Â Terpeselet malam dan akhirnya tersungkur.
Kenangan dalam genggaman berhamburan. Â Terpental ke delapan penjuru bumi. Â Lelaki itu hanya bisa berharap satu hal dengan sangat. Kenangannya akan cinta jatuh ke pantai terdekat. Â Tempatnya dulu menuliskan rawa yang pekat.
Jakarta, 17 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H