Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gegap Gempita Dunia

29 Juni 2017   12:04 Diperbarui: 29 Juni 2017   12:05 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gegap gempita.  Bumi merayakan kebebasannya.  Berputar dan berdansa dengan semesta.  Orang orang begitu peduli terhadap hutan hutannya. Menyelamatkan orang utannya.  Melindungi habitat harimaunya.  Menandai jalur migrasi gajah gajahnya. 

Gegap gempita semakin membahana.  Bumi melihat sungai sungainya terjaga.  Tanah tanahnya mekar bersama pepohonan.  Sengat tajam matahari tak sampai ke permukaannya.  Segala rongga di dada dan perutnya tak lagi bertambah.  Nafas dari pori porinya tak sesak lagi sekarang. Orang orang mengawalnya dengan pedang dan kelewang.

Laut, danau dan samudera berjumpalitan bersama ikan ikan.  Melepas percikan hingga sampai ke tubuh awan.  Memperingati berhentinya bom bom ikan dan pukat raksasa pemangsa anak anaknya.  Bumi semakin berbahagia.

Bumi berdo'a seutuh utuhnya.  Kepada Tuhan yang menciptakannya.  Berilah kekuatan bagi para manusia penjagaku.  Aliri darah mereka dengan peduli.  Terangi benak mereka dengan pelita dari surga.  Aku ingin hidup bersama mereka sejuta tahun lagi.

Bogor, 29 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun