Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf

12 Juni 2017   19:25 Diperbarui: 13 Juni 2017   00:18 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ijinkan aku meminta maaf kepada kakak perempuanku.  Yang selalu menggandengku saat menaiki eskalator mall.  Yang selalu membelaku di hadapan kawan kawanku yang selalu memandang sinis kepadaku.  Anak kaya yang manja, begitu kata mereka.  Dan kakak perempuanku membentak mereka sambil meraihku dalam pelukan.  Kakak perempuanku yang berani berkelahi dengan kawan laki lakiku karena dia mendorongku jatuh gara gara dia merebut mainan kesukaanku.

---------

Ijinkan aku ya Tuhan.  Ijinkan aku.  Ratapan Daman semakin lirih.  Sekarang pendengarannya juga jauh berkurang dibanding tadi.  Dia hanya sanggup mendengar lamat lamat.

“Aku maafkan kamu anakku....” ayah dan ibunya terisak bebarengan.

“Pergilah dengan tenang adikku.  Kakak akan selalu menyayangimu....” disambung sedu sedan kakak perempuannya.

Daman seperti merasa sebagai layang layang yang putus benangnya.  Menerbangkan diri ke langit dengan kelegaan luar biasa setelah mendengar semuanya. 

Ayah, ibu dan kakaknya memeluknya jenazahnya dengan erat saat melihat dua titik kecil airmata mengalir keluar dari mata Daman yang sudah tertutup rapat rapat dengan nyawa dibawa malaikat.

Jakarta, 12 Juni 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun