Bukankah kau tahu tentang sunyi. Itulah yang membuat matahari sering tergelincir. Lalu kenapa kau seakan menggenggamnya erat. Seolah itu adalah kelezatan.
Bukankah kau paham tentang hening. Itulah yang membuat malaikat kehilangan sayap. Lalu mengapa kau justru meletakkannya dalam hati. Seolah itu adalah darah yang mengaliri.
Memang tak perlu kau hingga menolak gaduh. Bagaimanapun kegaduhan serupa dengan kedatangan anak anak hujan. Dan itu menyenangkan. Seperti degung menemani perjalanan saat pulang kampung halaman.
Kau tahu. Sunyipun tak akan menolak gaduh. Sesungguhnya gaduh itu adalah kekasihnya. Yang dirindukan sekaligus dibencinya.
Jakarta, 28 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H