Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Rest Area Kesembilan

16 Mei 2017   01:12 Diperbarui: 16 Mei 2017   01:34 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rudi membelokkan mobilnya masuk rest area kesembilan.  Kemacetan luar biasa membuatnya lelah bukan main.  Bayangkan! Jakarta-Bandung membutuhkan waktu hingga 12 jam.  Itu kata kawannya yang sudah lebih dahulu berangkat tadi.  Lewat telpon waktu Rudi bertanya dengan putus asa.  Saat dia baru sampai setengah dari total perjalanan.

Rudi sudah menempuh 7 jam perjalanan.  Tubuhnya seperti dimasuki ribuan jarum tak nampak.  Menusuk nusuk dengan kejam melalui seluruh lubang pori pori.  Istirnya, Serly, sebenarnya memaksa untuk melanjutkan perjalanan.  Wanita cantik dan seksi yang dinikahinya setahun lalu itu paling tidak suka berhenti di rest area.  Menakutkan katanya.

Tapi Rudi benar benar tidak tahan lagi.  Dia harus istirahat barang sebentar.  Paling tidak meluruskan otot otot pinggang dan kaki.  Biarlah dia menanggung marah Serly. 

Memang Serly marah.  Cemberut.  Bibirnya yang penuh, merah menyala, mengerucut seperti piramida.  Gerak tubuhnya menunjukkan ketidaksenangan yang berlebihan.  Bahkan wanita itu membalikkan tubuhnya pura pura tidur.  Sementara Rudi hanya bisa menggeleng geleng kepala sambil masih tetap di belakang setir.

Istrinya memang begitu.  Perajuk, manja, egois dan mau menang sendiri.  Rudi baru sadar setelah mereka menikah.  Dia memang buru buru menikah karena takut Sherly berubah pikiran dan pergi dengan laki laki lain.  Sherly adalah primadona di kantor tempat mereka bekerja bersama.  Banyak sekali laki laki yang menyukainya.  Apalagi Sherly juga termasuk gampangan. 

----

Melihat istrinya meringkuk membelakangi, Rudi mengambil nafas panjang.  Apalagi yang bisa diperbuatnya selain menerima kemarahan Sherly.  Dia sangat memuja istrinya itu. Merasa sangat beruntung.  Bisa menikahi wanita cantik luar biasa incaran para pria.

Sambil mendengarkan musik klasik yang mengalun pelan dari pemutar CD mobinya, Rudi melihat ke sekeliling.  Hmmm, rest area ini tidak seramai dugaannya semula.  Hanya ada beberapa mobil kecil parkir di dekat toilet dan musholla.

Sebagian lagi adalah truk truk besar yang teronggok di dekat SPBU.  Seperti kodok kodok besar pemalas yang enggan berbunyi meski habis hujan. Warung warung yang terbuka juga tidak banyak.  Mungkin hanya 5 dari puluhan yang ada.

Barangkali karena ini rest area baru.  Atau mungkin memang orang orang tidak secapek dirinya sehingga dengan nekat tetap melanjutkan perjalanan.  Tatapan Rudi berhenti di sebuah warung persis di depan mobilnya parkir.

Warung itu sederhana.  Tidak besar atau mewah.  Tapi terlihat bersih.  Lampunya juga cukup terang.  Rudi bisa melihat 2 lelaki sedang duduk minum sesuatu.  Sementara penjualnya tidak kelihatan berada dimana.

----

Rudi menoleh kepada istrinya.  Masih dalam posisi yang sama.  Rudi berusaha menyentuh pundak istrinya pelan untuk membangunkan.  Jika memang tertidur.  Tapi istrinya tidak bergeming.  Bahkan tubuhnya semakin meringkuk di jok kiri depan itu.

Rudi tak bisa berbuat apa apa lagi.  Dia terlalu takut istrinya tambah meledak.  Bisa bahaya!  Satu kalimatnya akan berbalas seratus kalimat istrinya. Ah sudahlah, biar saja dia merajuk sampai tertidur.  Rudi hanya perlu segelas kopi panas untuk memulihkan tenaga dan melawan kantuk yang mulai menyerang.

----

Rudi menutup pintu mobinya pelan pelan.  Dia takut istrinya terbangun atau tambah merajuk.  Menuju warung di depannya.  Celingak celinguk mencari cari si empunya warung.  Tidak ada dimana mana.  Rudi mencoba menyapa dua lelaki yang sedang asyik merokok dan minum kopi.  Sepertinya mereka sopir truk.  Berpakaian kekar dengan handuk kecil melingkar di leher.

“Punten aa’, dimana penjualnya yah?”  Rudi mencoba bertanya dengan sopan.

Dua lelaki itu tidak menjawab.  Salah satunya hanya mengangkat dagu menunjuk ke dalam warung.  Rudi tercekat.  Pria pria tidak ramah.  Masak menunjuk tidak pakai tangan? Pikir Rudi sedikit jengkel.

Rudi mengintip intip ke bagian dalam warung yang dipisahkan dengan kelambu berwarna merah.  Tidak nampak apa apa.  Hanya saja saat dia menajamkan pendengarannya, terdengar suara dengkur halus dari dalam.  Pelan pelan Rudi menyibak kelambu merah itu.  dia malas pergi ke warung lainnya.  Ini sangat dekat dengan tempatnya memarkir mobil.  Selain itu dia tidak mau meninggalkan istrinya tanpa pengawasan.  Takut kalau merajuknya berlebihan, istrinya akan turun dari mobil dan entah apa yang akan dilakukan.

----

Rudi melihat sepasang kaki jenjang terjulur di sebuah dipan kecil berkasur tipis.  Waaahh, kaki yang bagus dan mulus.  Semulus kaki Sherly.  Rudi menggelengkan kepala mengusir rasa aneh yang menghinggapi.  Masa sih dia bergairah pada penjaga warung sementara istrinya sedang ngambek seperti macan di depan warung?

Rudi berdehem.  Harapannya penjaga warung itu terbangun.  Terdengar gerakan sedikit.  Rudi yang hanya kepalanya saja di dalam, hampir kejedot pintu saking kagetnya.  Perempuan penjaga warung itu sekarang dalam posisi telentang.  Hanya menggunakan baju tidur yang sangat menerawang!

Rudi merasakan jantungnya hampir copot saking menahan nafas.  Meski masih belum terlihat mukanya secara jelas, perempuan di depannya ini seksi sekali.  Rudi melirik sebentar ke depan warung.  2 lelaki tadi sudah tidak kelihatan lagi.  heran, kapan perginya ya?  Apakah karena dia terlalu fokus pada perempuan seksi ini sehingga tidak mendengar mereka pergi?

Rudi berdehem agak lebih keras sekarang.  Perempuan itu rupanya mendengar. Lalu terjaga dan bangkit seketika.  Berdiri menggeliatkan tubuhnya. Memandang Rudi sambil tersenyum menggoda.

Rudi melongo! Perempuan ini cantik sekali! Dan wajahnya sangat mirip sekali dengan Sherly!

Rudi mengucek ucek matanya.  Dia memang Sherly!  Istrinya. Tidak mungkin dia salah mengenali.  Wajah, tubuh, senyum, cara menggeliat, benar benar Sherly!

Namun Rudi tidak sempat lagi berpikir lebih jauh.  Sherly meraih tangannya dengan sigap dan menariknya ke tempat tidur kecil itu.  Rudi patuh dan tidak melawan....

----

Sherly tergagap saat mendengar suara kencang klakson bus yang melaju kencang di jalan tol.  Ah, rupanya dia tertidur dibawa oleh kemarahannya tadi.  Huh!  Memang suami tidak penurut!  Lihat saja nanti!

Dia menoleh ke jok pengemudi siap siap mendamprat hebat.  Dilihatnya Rudi sedang menatapnya dengan penuh gairah.  Duuhh, dia tidak tahan tatapan itu.  Selalu membangkitkan gairahnya juga.  Dia adalah perempuan petualang pria.  Cukup banyak pria yang dikencaninya.  Tapi Rudi akhirnya berhasil merubah keputusannya untuk tidak akan menikah sebelum dia puas dengan semua petualangannya.

Rudi meraihnya dalam pelukan hangat.  Sherly benar benar lupa dengan semua kemarahannya.  Dia terhanyut dengan semua kemesraan Rudi.  Aaah ini luar biasa.  Pikir Sherly dengan penuh semangat membara.  Gairahnya menyala nyala.

Sherly mendapati Rudi menciuminya dengan ganas.  Wanita ini memejamkan mata menikmati.  Rudi belum pernah seperti ini sebelumnya dan dia suka.

Terlonjak kaget ketika lagi lagi suara klakson yang keras melewati mobil mereka.  Sherly membuka mata.  Kemarahannya bangkit lagi.  Mengganggu saja! Dia akan menyuruh Rudi mendamprat sopir kurang ajar tadi.  Dilihatnya mobil box berklakson tidak sopan itu parkir tidak jauh dari mereka. 

Sherly hendak membuka mulutnya memberikan perintah kepada Rudi.  Hanya untuk mendapati jok di sampingnya kosong melompong.  Tidak ada Rudi!  Sherly bengong.  Kemana suaminya?  Bukankah mereka baru saja bermesraan?  Belum 2 menit yang lalu.  Lagipula dia tidak merasa pintu mobil terbuka dan Rudi keluar.

Sherly memandang sekeliling dari dalam mobil.  Dilihatnya Rudi baru saja keluar dari warung di depan mobilnya sambil tersenyum senyum puas.  Menuju mobil sembari bersiul siul kecil.  Membuka pintu mobil dan masuk.  Bertemu pandang dengan Sherly yang menatapnya bingung.  Rudi hampir terjengkang saking terperanjatnya.  Dia menudingkan telunjuknya ke arah Sherly dengan muka pucat pasi.  Lalu menoleh ke arah warung, ke istrinya lagi, ke warung lagi, kembali ke istrinya dan menggelosoh pingsan.

Sherly yang sekarang sadar sepenuhnya apa yang terjadi, menjerit sekuat tenaga.  Tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.  Hanya mulutnya saja yang terbuka menganga. Tubuhnya lemas tak bertenaga.  Sebelum pingsan, Sherly sempat melihat ke depan.  Sepasang laki laki dan perempuan keluar dari warung.  Di bawah sinar lampu neon yang terang benderang.  Terlihat dirinya dan Rudi tersenyum tipis penuh misteri.....

Jakarta, 16 Mei 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun