Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Rest Area Kesembilan

16 Mei 2017   01:12 Diperbarui: 16 Mei 2017   01:34 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

----

Rudi menoleh kepada istrinya.  Masih dalam posisi yang sama.  Rudi berusaha menyentuh pundak istrinya pelan untuk membangunkan.  Jika memang tertidur.  Tapi istrinya tidak bergeming.  Bahkan tubuhnya semakin meringkuk di jok kiri depan itu.

Rudi tak bisa berbuat apa apa lagi.  Dia terlalu takut istrinya tambah meledak.  Bisa bahaya!  Satu kalimatnya akan berbalas seratus kalimat istrinya. Ah sudahlah, biar saja dia merajuk sampai tertidur.  Rudi hanya perlu segelas kopi panas untuk memulihkan tenaga dan melawan kantuk yang mulai menyerang.

----

Rudi menutup pintu mobinya pelan pelan.  Dia takut istrinya terbangun atau tambah merajuk.  Menuju warung di depannya.  Celingak celinguk mencari cari si empunya warung.  Tidak ada dimana mana.  Rudi mencoba menyapa dua lelaki yang sedang asyik merokok dan minum kopi.  Sepertinya mereka sopir truk.  Berpakaian kekar dengan handuk kecil melingkar di leher.

“Punten aa’, dimana penjualnya yah?”  Rudi mencoba bertanya dengan sopan.

Dua lelaki itu tidak menjawab.  Salah satunya hanya mengangkat dagu menunjuk ke dalam warung.  Rudi tercekat.  Pria pria tidak ramah.  Masak menunjuk tidak pakai tangan? Pikir Rudi sedikit jengkel.

Rudi mengintip intip ke bagian dalam warung yang dipisahkan dengan kelambu berwarna merah.  Tidak nampak apa apa.  Hanya saja saat dia menajamkan pendengarannya, terdengar suara dengkur halus dari dalam.  Pelan pelan Rudi menyibak kelambu merah itu.  dia malas pergi ke warung lainnya.  Ini sangat dekat dengan tempatnya memarkir mobil.  Selain itu dia tidak mau meninggalkan istrinya tanpa pengawasan.  Takut kalau merajuknya berlebihan, istrinya akan turun dari mobil dan entah apa yang akan dilakukan.

----

Rudi melihat sepasang kaki jenjang terjulur di sebuah dipan kecil berkasur tipis.  Waaahh, kaki yang bagus dan mulus.  Semulus kaki Sherly.  Rudi menggelengkan kepala mengusir rasa aneh yang menghinggapi.  Masa sih dia bergairah pada penjaga warung sementara istrinya sedang ngambek seperti macan di depan warung?

Rudi berdehem.  Harapannya penjaga warung itu terbangun.  Terdengar gerakan sedikit.  Rudi yang hanya kepalanya saja di dalam, hampir kejedot pintu saking kagetnya.  Perempuan penjaga warung itu sekarang dalam posisi telentang.  Hanya menggunakan baju tidur yang sangat menerawang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun