Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teh Pahit Saja, Menyegarkan!

15 Mei 2017   18:18 Diperbarui: 15 Mei 2017   18:29 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa kopi sore ini agak pekat.  Mungkin karena hatiku sedang bergumul dengan awan hitam Jakarta.  Bergulung gulung menguasai puncak puncak gedung yang mencibir angkuh.  Pada burung burung lelah yang sesak nafas setiap hari.  Mengutuk asap dan kekotoran ribuan kali!

Aku beranjak dari kursiku.  Menatap rombongan sepeda angin beriringan.  Membawa termos dan rentetan kopi instant.  Berikut mie seduh yang terlihat menggairahkan.  Aku memandanginya lama.  Itu bukan rombongan rakyat jelata sembarangan! Itu rombongan para pejuang!

Aku tersedak.  Sekalimat rasa sedang mengadiliku.  Aku sedang pedih karena ini itu.  Padahal para pejuang bersepeda itu tertawa terbahak bahak meskipun ceritanya sedang tidak lucu. Sementara aku sangat menyenangi yang namanya berpilu pilu.  Huh!  Aku memang tak tahu malu!

Mungkin sebaiknya aku minum teh pahit saja.  Supaya aku paham bahwa pahit itu ternyata menyegarkan!

Jakarta, 15 Mei 2017 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun