Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salam untuk Tuhan

27 April 2017   21:58 Diperbarui: 28 April 2017   07:00 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tubuhku yang berlumuran debu.
Dari batinku yang dipenuhi lelehan sembilu.
Dari hatiku yang diacak acak amarah.
Dari jiwaku yang dikerumuni gelisah.
Dari langkah kakiku yang terseok seok tanpa arah.
Dari pandangan mataku yang berjumpalitan pada semua yang meriah.
Dari ringannya mulutku yang mudah berucap buruk dan menyumpah.

Salamkan bahwa aku mengadu.
Sampaikan bahwa aku adalah hamba yang sungguh terlalu.
MelupakanNYA ketika merasa bahagia.
MengutukNYA kala ditindih sengsara.
MengabaikanNYA waktu beriang gembira.
MencelaNYA saat dihantam cedera.

Sampaikan bahwa aku sesungguhnya rindu.
Untuk bersimpuh di atas lututku dan menyebut namaMU.
Sampaikan bahwa aku sebenarnya cinta.
Untuk melolong panjang di tengah malam dan mengaku berdosa.

Salam untuk Tuhan.
Dariku yang terjahit dari benang ketidaktahuan dan kebodohan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun