Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jahitlah Kata Lupa

27 April 2017   19:23 Diperbarui: 28 April 2017   04:00 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hangatnya hati, bukan karena di depan kita tersedia banyaknya macam roti. 

Hangatnya jiwa, Bukan karena kita sedang mengayuh dayung dan bersampan di keindahan toba.
Hangatnya rasa, bukan karena kita duduk di kursi yang sangat empuk berharga juta juta.

Tapi karena, kita makan satu macam roti dan membaginya dengan seorang pengemis di sebelah kita.
Tapi karena, kita melihat kumuhnya rumah-rumah kardus di bawah jembatan layang, dengan anak-anak kecil dekil berlarian tanpa baju, lalu kita meneteskan air mata duka.
Tapi karena, kita menyusuri trotoar, melihat para gelandangan bersimpuh menahan dingin dan lapar, lalu kita masukkan tangan ke kantong kita, ulurkan sedekah tanpa sedikitpun berkata kata.

Di situlah hati kita sebenarnya berada.
Di situlah jiwa kita seharusnya berada.
Di situlah rasa kita semestinya berada.

Jahit kata lupa di bibir kita, agar kita tak pernah terlupa.
Pahat kata peduli di dada kita, agar kita selalu peduli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun