Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mau Tak Mau Bicara

25 April 2017   15:21 Diperbarui: 26 April 2017   00:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tak mau lagi bicara tentang bulan. Baru saja aku simpan bayangnya di sudut perapian. Sehingga jika musim dingin datang. Tak perlu lagi aku mencari bakau atau arang.

Kali ini aku ingin bicara tentang bintang. Yang mulai berkerumun meski langit masih benderang. Sinarnya sungguh redup seperti tarian kunang kunang. Tapi mampu membuat nyalanya hati segera padam.

Tak lama lagi, rombongan bintang lain akan mengudap di kegelapan. Menabur remah remah langit menjadi kerlipan. Mengadili senja sebab terlalu lama berkuasa. Memberi perintah pagi agar tertidur lebih lama.

Aku tak sanggup untuk berkedip walau cuma sedetik. Keindahan ini mungkin seringkali ada dan menggelitik. Tapi kita terlalu sibuk dengan dunia. Hingga lupa bahwa kecantikan yang sesungguhnya itu ada di atas sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun