Kemiskinan semakin merajalela sejak pandemi Covid-19. Penduduk miskin bertambah akibat dampak ekonomi dan sosial yang begitu hebat. Perlu strategi yang efektif untuk menggulirkan pemulihan ekonomi yang tepat sasaran.
Berdasarkan survei Cigna pada kuartal kedua 2021, indeks persepsi kesejahteraan Indonesia 2021 tercatat sebesar 63,8 poin. Angka ini lebih rendah daripada tahun 2019 sebesar 65,4 poin, maupun tahun 2020 yakni 66,3 poin.Â
Survei tersebut menilai persepsi kesejahteraan responden di setiap negara dalam lima aspek, yaitu kesehatan fisik, hubungan sosial, keluarga, finansial, dan pekerjaan.Â
Pelemahan indeks persepsi kesejahteraan ini tak terjadi di Indonesia saja, tetapi di 21 negara lain akibat dampak pandemi Covid-19. Namun, indeks persepsi kesejahteraan Indonesia pada tahun 2021 ini masih lebih baik dari negara tetangga seperti Singapura 59,2 dan Thailand 62,5.
Kemiskinan melonjak
Hasil survei Cigna tersebut pun sejalan dengan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut adanya kenaikan jumlah penduduk miskin selama satu tahun terakhir akibat pandemi.
BPS mencatat jumlah penduduk miskin secara nasional pada Maret 2021 sebanyak 27,54 juta jiwa atau naik 1,12 juta orang atau sekitar 0,36% ketimbang Maret 2020.Â
Tak hanya BPS, Kementerian Ketenagakerjaan pada periode sama menemukan terdapat 29,4 juta orang terdampak pandemi Covid-19. Jumlah itu termasuk mereka yang terkena PHK, dirumahkan tanpa upah, hingga pengurangan jam kerja dan upah.
Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, selama pandemi jumlah warga miskin masih paling banyak berada di desa. Warga pedesaan yang masuk kategori miskin ekstrem mencapai lebih dari 10 juta orang.
Pandemi memang telah menekan perekonomian hingga titik nadir. Pada kuartal kedua hingga empat 2020 lalu saja pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di teritori negatif yakni 15,32% di kuartal II, -3,49% di kuartal III, dan -2,19% di kuartal IV.Â