Mohon tunggu...
MILSA STEVISCA RAY RAMADHANI
MILSA STEVISCA RAY RAMADHANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebuah Pandangan Pasca Pilpres 14 Februari 2024

6 Maret 2024   22:25 Diperbarui: 6 Maret 2024   22:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Pilpres 2024, suasana di negeri ini terasa tegang namun penuh harapan.
Pemilihan presiden kali ini telah menjadi panggung demokrasi yang menegangkan, diwarnai dengan dinamika politik yang intens serta polarisasi yang cukup kuat di tengah masyarakat.
Sembari menunggu ketika hasil pemilihan umum diumumkan, kandidat yang berhasil
memenangkan Pilpres akan menjadi pusat perhatian. Meskipun ada kemenangan yang meraih dukungan mayoritas, namun kemenangan itu tidak serta-merta menjamin kesatuan bangsa.
Terlebih lagi, perbedaan pendapat masyarakat yang terbentuk selama kampanye dan pemilihan
masih menyisakan luka di hati beberapa pihak para pendukung paslon.
Di sisi lain, ada juga kegembiraan di antara pendukung pemenang, yang melihat hasil
ini sebagai awal dari perubahan yang mereka harapkan. Mereka memiliki keyakinan bahwa
pemimpin baru akan membawa negara ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Namun, di
tengah euforia kemenangan, tantangan besar menanti pemerintahan baru. Perbedaan pendapat,
konflik kepentingan, dan tuntutan publik yang beragam menjadi ujian nyata bagi stabilitas dan
kemajuan bangsa. Tugas berat menanti untuk memperbaiki perekonomian, memperkuat sistem
pendidikan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan membangun keadilan sosial. Selain itu, dalam konteks global, Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan luar biasa,
seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, dan dinamika ekonomi global. Keterlibatan
Indonesia dalam forum internasional dan diplomasi regional menjadi semakin penting.
Tetapi, di tengah segala kompleksitas dan tantangan, ada ruang untuk harapan.
Masyarakat, meskipun terbagi dalam pilihan politik mereka, memiliki kesempatan untuk
bersatu dalam visi bersama untuk masa depan yang lebih baik. Semangat gotong royong,
toleransi, dan persatuan perlu diperkuat untuk mengatasi setiap rintangan.
Sebagai sebuah narasi, perlu dicatat bahwa kecurangan dalam pemilihan umum adalah
tuduhan serius yang memerlukan bukti konkret dan proses hukum yang adil untuk dibuktikan.
Namun, dalam konteks politik, terkadang pihak-pihak yang kalah dalam pemilihan umum
dapat menyuarakan dugaan kecurangan sebagai bentuk protes atau karena keyakinan bahwa
proses pemilihan tidak berjalan secara adil.
Siapa saja Pihak-pihak yang bisa menyerukan kecurangan dalam Pilpres 2024, bisa
meliputi:
1. Kubu Calon Presiden yang Kalah hitung sementara, Tim kampanye dan pendukung calon presiden yang kalah mungkin akan menyerukan
kecurangan jika mereka merasa ada ketidakberesan dalam proses pemilihan.
Mereka dapat menyoroti insiden-insiden seperti intimidasi pemilih, penekanan kebebasan berekspresi, atau kesalahan dalam proses pemungutan suara. Seperti berita yang ramai beredar belakangan ini.
2. Pihak Oposisi dan koalisi Politik, Pada pemilihan kali ini ada beberapa catatan khusus seperti partai demokrat yang mulai merapat kedalam kabinet, terbukti dari dilantiknya AHY sebagai seorang mentri. Setelah beberapa
lama partai demokrat menjadi oposisi akhirnya bergabung menjadi koalisi. Lalu keretakan pengaruh pdip sebagai pengusung presiden sebelumnya : Joko Widodo. Oleh karena itu paslon yang diusung dari koalisi pdip menyerukan untuk menggunakan hak angket dalam mengawal pemilu, tujuannya jelas, agar bisa menjaga pesta demokrasi sebagai mana mestinya. Dan memetakan beberapa peta politik untuk 2024 dan kedepannya.
3. Masyarakat Sipil dan LSM: Kelompok masyarakat sipil, organisasi non- pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengawasi pemilihan umum juga dapat menyoroti potensi kecurangan dan ketidakpatuhan terhadap aturan dalam proses Pilpres 2024. Mereka seringkali menjadi penjaga kejujuran pemilihan dan dapat menyoroti ketidaksesuaian atau kejanggalan dalam proses.
4. Media massa: Media Massa dan jurnalis juga dapat menelusuri dan melaporkan dugaan kecurangan dalam Pilpres 2024. Melalui liputan mereka,mereka dapat memperkenalkan masalah-masalah yang mungkin terjadi selama proses pemilihan, termasuk pelanggaran kode etik, manipulasi informasi, atau intervensi politik yang tidak sah.
Namun, penting untuk diingat bahwa tuduhan kecurangan harus didukung oleh bukti
konkret dan harus ditangani dengan cermat melalui proses hukum dan lembaga pengawasan
pemilihan yang ada. Setiap tuduhan harus ditinjau secara independen dan adil untuk
memastikan integritas dan kepercayaan publik terhadap hasil pemilihan.

Terlepas dari itu semua, Pemilihan presiden hanyalah awal dari sebuah perjalanan
panjang menuju kemajuan dan kesejahteraan bersama. Setelah Pilpres 2024, kita diingatkan
bahwa tanggung jawab untuk membangun bangsa ini bukan hanya menjadi beban pemerintah,
tetapi juga tugas setiap warga negara. Dengan kerja keras, kebijaksanaan, dan kerjasama yang
kokoh, Indonesia dapat melangkah maju sebagai bangsa yang lebih kuat dan lebih adil dan
Bersatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun