Assalamu'alaikum, wr. wb.
Jumpa lagi bersama Milma di jurnal refleksi minggu ke-17. Pada minggu ini saya bersama CGP angkatan 4 khususnya Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu dibimbing oleh fasilitator handal yaitu Bapak Teguh Apriyanto, serta pengajar praktik Ibu Ismayani. Baiklah mari disimak jurnal refleksi minggu ini, dimana minggu ini saya akan menggunakan model segitiga.
Berikut ini uraiannya :
Setelah pembelajaran hari ini minggu ke tujuh belas dimulai tanggal 11 sampai tanggal 15 April 2022. Saya akhirnya memahami bahwa:
- Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, memerlukan panduan yang menuntun dalam mengambil keuputusan. Menelisik kembali peran guru penggerak ada lima, yaitu: sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, mewujudkan kepemimpinan murid. Serta nilai guru penggerak ada lima yaitu: MaRKIBe (Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada murid. Setelah memasuki minggu ke-17 kami bertemu pembelajaran yang sangat menantang tentang pengambilan keputusan yang tepat. Gunakan rumus 4,3 dan 9, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Alhamdulillah saya memahami tahapan-tahapan pengambilan keputusan dan pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.Â
- Sayapun memahami apa itu perbedaan dilema etika dengan bujukan moral. Kata kunci dilema etika adalah  benar lawan benar. Pada kasus yan gdihadapi dimaan situasi yang terjadi ketika secara moral benar tetapi bertentangan. Contoh pada kasus mencontek yang ada di lms, pada kasus ini pak guru melaporkan adalah hal benar, tetapi jika dilaporkan akan merusak masa depan anak murid. Nah disini berlaku pengecualian dan ini bernilai benar. Jadi membengkokkan aturan karena kasihan sesuatu yang dapat dibenarkan.bujukan moral, kata kuncinya benar lawan salah. Melakukan hal yang salah walaupun berniat baik tetap saja salah. Contoh bebohong tentang kwitansi acara karena ingin merayakan keberhasilan panitia. Benar dengan menolak kehendak ketua panitia. Salah ketika melakukannyakarena bertentangan dengan nilai kejujuran.
- Pertimbangan yang pertama bagaimana 4 paradigma etika dilema yang sesuai dengan kasus yang dihadapi. Serta konfirmasi lagi dengan 3 prinsip pengambilan keputusan, lanjutkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Perlu diperhatikan opsi trilema, dimana sebuah keputusan kreatif muncul tiba-tiba menawarkan solusi dari masalah yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Setelah pembelajaran hari ini. Saya akhirnya mampu: mulai belajar menjalankan peran dan nilai guru penggerak dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui alur MERRDEKA pada minggu ini kami belajar eksplorasi konsep secara mandiri mempelajari materi yang telah disediakan berbagai media dan sumber belajar. Kemudian dilanjutkan berdiskusi di ruang kolaborasi bersama fasilitator dan pendampingan individu bersama pengajar praktik. Hal ini menambah percaya diri kami dalam menguasai materi baru dalam pengambilan keputusan yang tepat. latihan menganalisis kasus demi kasus telah menambah pemahamaan saya tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Perasaan saya setelah melakukan pembelajaran hari ini adalah merasa senang ikut tergabung dalam pendidikan guru penggerak. Bangga menjadi bagian dari pergerakkan perubahan dalam dunia pendidikan. Baik itu dalam pradigma pemikiran tentang kedudukan murid, potensi murid, serta memperlakukan murid dengan melayaninya sepenuh jiwa. Ikut membangun negeri dengan terus belajar sepanjang hayat. Persiapan menghadapi siswa yang berbeda zaman. Saya merasa tertantang untuk terus menguasai ilmu - ilmu yang akan meningkatkan kematangan berpikir, bertindak, serta menjalankan amanah yang dapat dipertanggung jawabkan di dunia maupun akherat. Mencoba menawarkan mendidik dengan hati dan menghargai perbedaan menjadi memunculkan rasa nyaman dan bahagia dalam diri ini.
Setelah melakukan pembelajaran target saya berikutnya adalah mengerjakan latihan-latihan yang diberikan, serta secara perlahan mencoba mempraktikkannya atau mengimplemantasikan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Mencoba untuk menjadi lebih bijaksana dengan menggunakan rumus 4, 3 dan 9. Berpegang teguh dengan panduan ini akan menuntun saya mengambil keputusan. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). terdapat 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu: cara berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, atau berpikir berbasis rasa peduli. Serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, mulai dari mengenlai ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta (semakin banyak fakta akan memudahkan mengambil keputusan), pengujian benar salah (uji legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan/idola), pengujian paradigma benar lawan benar(4 paradigma: individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang). kemudian, dilanjutkan dengan melakukan prinsip resolusi (dari ketiga 3 prinsip pengambilan keputusan yang mana yang sesuai apakah Berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, atau berpikir berbasis rasa peduli). Â setelah langkah ini berhasil ditentukan, lanjut ke pemeriksaan atau investigasi opsi trilema (adakah hal lain yang lebih kreatif bisa ditawarkan? pada titik inilah penyelesaian kreatif dan tidak terpikir sebelumnya bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. langkah kedelapan sampailah pada pengambilan keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya. Taraaa.....sampai pada langkah akhir yaitulihat lagi keputusan dan refeleksikan, Lihatlah dengan hati nurani yang tetap memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal demi menemukan win-win solution yang berkahir bahagia dan bijaksana.
Hal ini akan menambah kemampuan dalam diri saya terutama dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. tentu saja, hal ini akan mudah dijalankan apabila paradigma terhadap murid sudah mengarah melayani dan menuntun sesuai kodratnya, mengerti perbedaan individu sehingga lebih menghargai dalam pembelajaran yang berdiferensiasi dan sosial emosional, ditambah lagi dengan kemampuan berperan sebagai coach. keterampilan melakukan restitusi dan coaching akan menambah dewasa dan bijaksana dalam diri saya ketika menjalankan peran sebagai guru dan pelayan  murid. terimakasih Tuhan, memberikan kesempatan belajar ini, meskipun tidak mudah untuk sampai pada fase ini.  Semangat terus, pantang menyerah untuk menakhlukkan setiap tantangan.... good luck sahabat senasib, mari belajar sepanjang hayat....berotasi menjadi lebih baik dan bijaksana hingga lahir keberuntungan dan kebahagiaan. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum, wr. wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H