Hai...Calon Guru Penggerak....Salam dan bahagia. Hari ini  adalah jadwal membuat jurnal refleksi mingguan, iay minggu ke-14. Jurnal refleksi minggu ini saya susun berdasarkan model 5M yang diadaptasi dari model 5R. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Yuuuk...disimak ya....
- Mendeskripsikan Reporting: menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
Pembelajaran minggu ini adalah pembelajaran akhir modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, yaitu modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. CGP diminta menjawab pertanyaan tentang seberapa jauh saya memahami konsep coaching di sekolah. Pada bagian Eksplorasi Konsep, CGP diminta mencermati bahan ajar dan menjawab pertanyaan tentang konsep coaching dalam konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan, TIRTA sebagai model coaching. Saya akhirnya tahu perbedaan peran sebagai konselor, mentor, serta sebagai coach. Konseling adalah proses seorang konselor memberikan bantuan berupa solusi atas masalah yang dihadapi oleh konseli. Mentoring adalah proses seseorang mentor membantu mentii dalam menemukan solusi atas masalah yang sedang dihadapinya berdasarkan pengalaman mentor.Â
Coaching adaalh proses coach membantu coachee untuk menemukan solusi sendiri atas masalah yang dihadapi. Saya juga melakukan diskusi dengan rekan CGP lain pada forum diskusi tentang masalah yang diberikan melalui tayangan video  dengan menganalisis tahapan TIRTA  yang praktikkan. Alur pembelajaran berikutnya adalah Ruang Kolaborasi. Pada pembelajaran ini, saya bersama rekan CGP dan fasilitator melakukan pertemuan tatap muka daring, untuk membahas coaching dan mendiskusikan kasus-kasus dalam kelompok kecil serta mempraktikkan coaching model TIRTA dalam menyelesaikan kasus yang diberikan. Praktik di ruang kolaborasi bersama rekan yang dikelompokkan, saya satu kelompok dengan Bu Siti dan Bu Roli, kerja sama yang apik kami lakukan berbagai persiapan untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, alhamdulillah berhasil.
- Merespon Responding: menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
Dalam mengikuti pembelajaran, saya merasa tertantang karena materi ini adalah materi baru bagi saya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, tak jarang saya membuka kembali modul, bahan ajar, maupun browsing di internet. Saya bersemangat dalam pembelajaran, terutama dalam ruang kolaborasi karena saya bisa berbagi pengalaman dan menemukan inspirasi dari pengalaman rekan lain. Saya selalu berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan baik dan tepat waktu. Semangat membara untuk memperbaiki diri agar lebih berkualitas dan mampu mendidik menggunakan hati dan berkasih sayang.
- Mengaitkan Relating: menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
Coaching sangat berkaitan erat dengan keseharian menjadi guru maupun peran sebagai orang tua di rumah. Keterampilan berkomunikasi dan bertanya sangatlah diperlukan. Dalam mengambil solusi atas permasalahan murid dengan caranya sendiri, coach akan mendampingi sesuai tujuan yang hendak dicapai. Guru saat bertindak sebagai coach membantu murid menemukan solusinya dengan sumber identifikasi modal atau kekuatan yang dimiliki murid sebagai coachee. Analogi seperti air, alur TIRTA (Tujuan umum, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggung jawab), akan mengajak coachee menemukan solusi dengan mengalir seperti air. Hal ini tentu ada kompetensi coaching, yaitu kehadiran penuh/presence, mendengar aktif (mendengarkan dengan RASA (Receive, Ask, Summarize, Appreciate), mengajukan pertanyaan berbobot.
- Menganalisis Reasoning: menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
Penerapan model TIRTA dalam menangani kasus di sekolah masaih belum terlaksana selama ini, banyak yang bertentangan dengan konsep coaching, konselor, maupun mentoring. Misalnya ketika memanggil anak yang melanggar peraturan sekolah. Murid yang bermasalah terkadang dibuat semakin terpuruk karena keterampilan bertanya dan berkomunikasi guru yang belum terasah dengan baik. Ketika menghadapi murid yang bermasalah, terkadang posisi guru adalah sebagai penghukum dan pembuat orang merasa bersalah. Hal ini, dampaknya tidak baik bagi psikologis anak dan tidak memperbaiki kesalahan yang diperbuat. Sehingga, kesalahan terjadi berulang. Keterampilan coaching ini akan membantu guru terampil dalam mendampingi anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Sikap terbuka dan bersahabat akan membuat nyaman murid dan memberikan peluang dipilih murid untuk berkonsultasi dan membantu murid menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri.
- Merancang ulang Reconstructing: menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.