Walaupun bukan lagi sesuatu yang benar benar baru, konsep inklusif seringkali belum cukup sering masuk kedalam keseharian obrolan kita. Makna dari kata inklusi ini pun belum terlalu jelas, serta konteks yang menjadi latar belakang penggunaannya sering kali juga belum dikuasai khalayak.
Dalam dunia kerja khususnya dalam bidang pengelolaan sumber daya manusia, sebenarnya konsep inklusif ini sudah cukup lama digaungkan. Inklusi memiliki makna melibatkan atau mengikut sertakan semua pihak tanpa pengecualian, dan tanpa melihat kepada status, latar belakang. Dengan konsep ini maka perbedaan identitas menjadi tidak relevan.
Bisa jadi, konsep ini berkembang di Amerika Serikat dalam dunia kerja dan menjadi relevan, ketika masalah rasisme yang muncul antar kulit putih dan kulit berwarna tak kunjung mereda disana. Pendekatan inklusif adalah satu alat pendobrak. Ketika dunia bisnis merasa akan lebih bijaksana melakukan pendekatan yang lebih fleksibel dalam melibatkan sumber daya dari berbagai latar belakang yang berbeda, termasuk didalamnya ras, golongan dan warna kulit.
Walaupun kemudian, dibelahan dunia lain pun sebenarnya situasi hampir sama dengan yang terjadi di Amerika sana. Diskriminasi ras, jenis kelamin, masih terjadi dalam dunia kerja, pendidikan, politik dan berbagai area lain. Hal ini membuat pendekatan inklusif semakin populer dan mulai di anggap penting dalam bisnis.
Kalau kita telaah lebih jauh, lawan kata dari inklusif yang dianggap paling tepat adalah eksklusif. Dengan mengetahui fakta ini, akan kian jelas pemahaman akan konsep inklusif ini.
Eksklusivitas terasa seperti pilih kasih dan menutup akses bagi golongan tertentu. Tidak ada keberagaman dalam konsep eklsklusif. Kondisi ini bisa menjadi cikal bakal terciptanya marginalisasi terhadap suatu golongan atau individu. Memicu diskriminasi dan penindasan kepada golongan yang lebih lemah.
Diluar aspek kemanusiaan dan aspek pengelolaan sumber daya manusia yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama dalam dunia kerja, sebenarnya pendekatan inklusif ini juga memberikan banyak keuntungan bagi organisasi dan bisnis. Bisa jadi inilah yangmembuat pendekatan ini mulai dilirik, dan menjadi semakin populer.
Banyak keuntungan yang bisa didapat bagi bisnis, ketika menggunakan pendekatan keberagaman dalam kebijakan ketenagakerjanya. Baik dari aspek operasional pengelolaan bisnis, maupun dari segi bisnis yang malah memunculkan lebih banyak peluang bisnis. Inklusivitas, menjadi sebuah kebijaksaan yang memberikan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki pendekatan berbeda.
Keberagaman dalam sebuah perusahaan diyakini menjadi salah satu pemicu tingginya daya inovasi dan kreativitas. Perbeadaan latar belakang karyawan ternyata berkontribusi besar kepada aspek ini. Lebih beragamnya manusia dalam perusahaan memberikan kontribusi yang lebih kompleks dan beragam, memberikan hasil yang lebih baik dalam keputusan, kerjasama, kreativitas serta daya inovasi.
Tingkat keeratan dan keterlibatan (engagement) pun meningkat karena bergamnya kultur yang ada dalam organisasi. Dengan tingginya level keeratan maka akan memberikan dampak positif kepada produktivitas. Reputasi perusahaan pun akan meningkat. Secara bisnis pun akan memperluas daya terobos pasar baik secara geografis, maupun secara demografis.