Ketika mendengar atau terbaca kata produktivitas, sering muncul pertanyaan, apakah produktivitas dapat segera memberikan hasil yang diharapkan? Pertanyaan seperti ini sering muncul di benak saya karena produktivitas diyakini betul akan memberikan hasil dengan cepat. Apakah memang benar begitu?
Seringkali pada kenyataannya, tidak selalu seperti itu. Saya merasa produktivitas tidak akan secara langsung terasa dampaknya. Produktivitas pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang instant. Hanya bisa dirasakan dan terlihat hasilnya ketika proses dan mekanismenya dilakukan dengan konsisiten.
Dengan melakukan seluruh proses secara konsisten, maka, baru akan terasa dampak dari produktivitas. Bisa dibilang konsistensi adalah ruhnya produktivitas
Konsep produktivitas sendiri, telah menjadi gagasan yang sangat penting dalam kehidupan modern. Banyak hal diukur dengan konsep ini. Kemajuan teknologi, kelangsungan bisnis, persaingan mendapatkan profit paling besar, bahkan lebih jauh lagi, kemakmuran sebuah negara juga bergantung kepada pendekatan ini. Bahkan dunia kreatif dan seni pun tuntutan utamanya biasanya adalah daya cipta dan kreatiitas, pada akhirnya juga dituntut memiliki produktivitas. Pekerja seni, dan seniman dituntut untuk selalu produktif dalam berkarya.
Sedari dini, konsep ini sudah ditanamkan di dunia pendidikan, dunia kerja, pemerintahan, seluruh aspek kehidupan. Tanpa produktivitas yang memdai, maka akan muncul berbagai masalah. Sebut saja misalnya rendahnya pertumbuhan, yang berdampak kepada rendahnya kemampanan ekonomi, yang akan berujung kepada munculnya berbagai masalah sosial.
Apakah memang konsistensi merupakan elemen utama dalam produktivitas?
Sebenarnya kesimpulan ini bersumber dari pengalaman pribadi. Ketika melakukan sesuatu hal atau serangkaian pekerjaan, secara teratur dan konsisten, kita akan merasakan sebuah dinamika yang sebelumnya belum kita rasakan. Walaupun mungkin pada saat itu, kita sama sekali tidak terpikir apakah kita sudah produktif atau tidak. Berjalan begitu saja.
Namun, dinamika ini cukup unik. Ketika menjalankan aktivitas ini secara teratur dan konsisten, kita mulai akan melihat pola untuk melakukan pengembangan dan perbaikan dalam menlakukan pekerjaan tersebut. Mungkin bisa dibilang kita telah menemukan wisdom dari apa yang kita lakukan. Saya yakin ini bukan cuma saya yang merasakan.
Hal ini terjadi secara natural, bisa jadi karena sudah demikian fasih dan cekatannya kita dalam melakukan sebuah aktivitas atau proses, kita memiliki feeling untuk mencoba memperbaiki proses ini menajdi lebih baik, lebih singkat, lebih efektif atau menghasilkan lebih banyak output.
Ketika dinamika ini mulai terlihat dan dirasakan, sebenarnya inilah awal dari sebuah produktivitas. Disinilah semua variabel dan elemen produktivitas mulai bersinergi. Misalnya apa tujuan dari kegiatan itu. Hasil apa yang ingin dicapai. Kemudian bisa jadi. Kita terikat kepada sebuah time constraint, atau batasan waktu dalam melakukan tugas tersebut. Kita dituntut untuk memeiliki keterampilan, mungkin juga rencana yang matang bisa menjadi elemen penting. Semua hal diatas adalah variabel-variabel dalam konsep produktivitas.
Dari sinilah muncul elemen penting lain dalam produktivitas, yaitu konsistensi. Tanpa konsistensi dalam melakukan sebuah pekerjaan, maka tidak akan tercapai hasil yang optimal.
Apakah pemikiran ini sejalan dengan teori teori produktivitas yang digunakan dalam operasional bisnis ?
Mari kita ulas sedikit lebih mendalam. Pendekatan dan alat untuk menghasilkan produktivtas yang optimal sangat terkait dengan industri manufaktur.
Dalam dunia manufaktur atau produksi massal, maka efisiensi dan standardisasi adalah hal penting. Kedua hal ini merupakan kunci sukses dalam persaingan. Disamping itu kegiatan dalam proses produksi di manufaktur cenderung berulang, perlu strategi dan perencanaan untuk terus menerus untuk memperbaiaki proses untuk mencapai efisiensi. Inilah landasan utama dari berbagai pendekatan dan terror produktivitas yang digunakan.
Sebagai dari kita mungkin familiar dengan Kaizen, PDCA, Six Sigma, Agile Methodology dan berbagai teori lain yang diterapkan di industri manufaktur. Berbagai teori dan pendekatan ini menjadikan konsistensi sebagai satu variabel penting. Tanpa konsistensi, tidak akan tercapai continuous improvement (perbaikan berkelanjutan). Sulit untuk mencapai standard dan efisiensi. Baik dalam methodologi Agile mauapun Six Sigma, konsistensi merupakan core.
Setelah panjang lebar mengupas tentang konsistensi dan produktivitas, saya malah menjadi yakin, bahwa konsistensi sebenarnya bukan hanya menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas saja, tetapi banyak hal lainnya dalam kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H