Mohon tunggu...
Miller Fransisco
Miller Fransisco Mohon Tunggu... profesional -

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Makna Sujud Syukur Kemenangan BG di Sidang Praperadilan

17 Februari 2015   05:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca berita ini saya teringat  tempat tinggal saya di desa (Ajinembah Simalem -Tanah Karo) yang aman, tentram dan ramah. Dibalik keramahan itu tersimpan rasa kekeluargaan yang kuat. Pernah sekali terjadi tawuran antar desa karena sepupu saya yang gadis diganggu oleh pemuda desa tetangga. Saya masih ingat telah terjadi kesepakatan antara ketua adat bahwa pemuda tetangga mau minta maaf dan datang ke desa saya. Hal itu tidak pernah terelisasi karena adanya  “kompor” dari “PREMAN KAMPUNG”, salah satu jorgannya waktu itu “masak disiulin doank adeknya nangis, trus lo digebukin sampai  diurut”, cukup sudah kita mengalah selama ini, apa sih hebatnya pemuda desa ajinembah itu.  Karena sifat  kekeluargaan tadi  semua merasa bertanggung jawab jika salah satu warganya diperlakukan secara tidak adil maka bisa dibayangkan tawuranlah yang terjadi, berapa banyak  kerugian yang didapat dari tawuran tersebut.

*************************************

Berdasarkan logika dan nalar saya yang kurang maka saya mengambil sebuah kesimpulan  sujud syukur polisi dalam kemenangan siding praperadila BG adalah sesuatu yang wajar menurut saya. Kita seharusnya berkaca pada diri kita masing-masing bagaimana kita membully lembaga polri selama kisrus KPK VS POLRI ini. Kita  seakan lupa yang menjadi tersangka itu adalah BG, bukan lembaga POLRI. Semua menyerang lembaga POLRI, seolah-olah semua POLISI itu adalah koruptur, semua bersalah yang benar adalah KPK. Kita seakan lupa bahwa KPK juga masih dipimpin oleh manusia yang pastinya tidak luput dari kesalahan.  Kita seharusnya mendukung KPK untuk membuktikan kasus rekening gendut di Kepolisian dan mendukung Lembaga Kepolisaan untuk terbuka  pada masyarakat. Kita seakan tahu melebihi sang pencipta bahwa POLISI tidak akan pernah mengungkap kasus Korupsi di lembaganya,  kita langsung mengadili lembaga itu secara terbuka, maka ketika BG menang Polisi merasa bahwa itu adalah kemenangan mereka juga.

Banyaknya Penggiat anti korupsi   “kompor” juga sangat berpengaruh dalam kisruh KPK Vs POLRI ini, mereka seakan numpang “ketenaran”. Semakin sering muncul di media maka semakin banyak undangan datang untuk seminar , maka berbanding lurus dengan isi dompet yang semakin tebal. Rakyat tetap semakin menderita , “kompor” ini semakin terkenal  untung-untung jika dipakai sebagai staff khusus atau diberikan jabatan di pemerintahan maka para “kompor” ini akan diam.

Bagaimana dengan para pakar hukum ?

Sebelum saya memberikan kesimpulan berdasarkan logika dan nalar saya yang kurang, saya mencoba membagi cerita ketika saya sekolah di sebuah SMK di Medan.

Saya di sekolah adalah siswa teladan terburuk selama sekolah, dicap oleh Guru sebagai perusak nama sekolah tapi “disenangi” sebagian siswa karena merasa aman jika akrab dengan saya. Hal yang saya sukai disekolah adalah Matematika dan “Gadis Pujaan”  selebihnya saya menjadi teladan terburuk.  Akhir semester  I di kelas 3 SMK saya mulai belajar Program Komputer  “Turbo Pascal” , karena lagi boomingnya permainan “Ding-Dong” maka bisa dipastikan pelajaran ini saya tertinggal jauh.  Di akhir semester saya diberikan sebuah soal logika untuk mencetak angka 1 sampai 10. Karena asumsi saya hanya mencetak angka maka saya hanya membuat sebuah perintah:

Writeln  “1”;

Writeln  “2”;

Dst sampai dengan 10.

Karena ketiktahuan saya tentang logika aritmatika, perulangan maka saya menggap bahwa apa yang saya tulis sudah benar. Dengan senyum dan ciri khas anak SMK sok “pintar” saya langsung angkat tangan tanda sudah selesai.  Hal pertama yang ditanyakan oleh Guru saya adalah “perulangannya” dimana ?.  Senyum yang sok “pintar” berubah menjadi  manusia “bodoh”.  Saya kemudian bertanya ke teman saya perulangan itu maksudnya apa sih pal ?.  Perulangan itu kalu di pascal bisa for atau while tingal l buat aja perulangan 1 sampai 10 udah selesai. Makin bingung ?

Karena kurangnya informasi, maka harus mencari manusia “culun” yang biasanya diam tapi pintar. Teman saya yang “culun” ini ternyata memberikan jawaban yang sangat bagus.  Perulangan di Turbo Pascal itu l bisa pakai for.  Kemudian tentukan variable pertama nilai minimal varibel kedua nilai maksimal.  Berarti nilai minimalnya adalah 1 dan maksimalnya adalah 10, angka itu tinggal dimasukan  kedalam perulangan

Ex.

for c := 1 to 10 do

writeln (c);

ternyata hanya dua baris bandingkan dengan hasil yang saya buat sampai 10 baris, ternyata kalau memakai logika dan mengikuti aturan itu lebih efesien dan sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Guru saya. Maka senyum sok “pintar” mulai terpancar lagi.

Sebelum saya memberikan kesimpulan berdasarkan logika dan nalar saya yang kurang, saya mencoba menarik kesimpulan dari pengalam saya tersebut.

1.Banyaknya pakar hukum kita di kategori pertama tadi hanya memberikan statement bahwa ini salah , itu salah, bahwa ini benar, itu benar. Saya yang awam tentang Politik dan Hukum makin bingung maksudnya yang benar yang mana, yang salah yang mana. Maka di tengah kebingungan itu ada dua hal yang saya lakukan.


  • Pura – Pura tahu lalu diamkan saja.
  • Puru- Pura tahu mencari atau menggali dari sumber yang lebih jelas.

2.Bagi saya pribadi siswa yang “culun”  tadi adalah terbaik dalam hal mengajarkan dan memberikan arahan. Saya berharap para pakar membuat sebuah debat terbuka  atau tulisan dan mempublikasinya kepada masyarakat  sehingga saya yang kurang nalar politik ini paham, ternyata ini kesalahannya. Bukan muncul di media 30 menit, debat sana, debat sini , potong iklan, belum selesai dijelaskan dipotong lagi, akhir acara terima honor, pulang dengan senyum disambut istri muda.  “Rasain l mau dibodohin, yang penting gw semakin terkenal, syukur-syukur dapat ABG lagi buat simpanan”.  #BENGONG#

Mari kita sama-sama mengkritisi dan menjaga kedua lembaga ini, bukan saling membenturkannya, karena sebagus apapun kedua lembaga ini masih diisi oleh manusia. Dan selama masih manusia pasti tidak luput dari kesalahan.

*urut = Pijat (Desa saya hanya ada puskesmas dan orang lebih percaya jika jatuh, patah atau luka akibat tawuran lebih efektif urut daripada ke rumah sakit)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun