Kalau berbicara soal menu takjil buka puasa, pasti nggak akan ada habisnya ya.
Dulu ketika saya masih jadi santri di sebuah TPA masjid rumah, ya sebagai seorang santri pasti langsung aja saya ikuti rangkaian  kegiatan ngaji yang semestinya diikuti oleh santri pada umumnya. Mulai dari membaca iqro, lanjut mendengarkan cerita-cerita nabi dan Rasul, atau sekedar bermain-main bersama santri yang lain sambil menunggu waktu buka puasa tepatnya pas adzan berkumandang.
Tapi, semakin bertumbuh besar dan semakin tua, rasanya berbuka puasa di masjid itu jadi momen yang nggak bisa ditinggalkan begitu aja. Setelah santri-santri ini selesai mengikuti ngaji dan menunggu adzan, mereka langsung berlarian mencari jajanan di sekitar masjid. Padahal, udah disiapkan takjil di masjid, tapi kadang suka buat terheran-heran ketika melihat mereka masih sibuk mempersiapkan jajanan yang digunakan buat bukanya hehe. Tapi okelah, gak masalah, namanya juga anak-anak pasti jajanan di luar belum afdhol kalo belum ditambahkan ke list menu buka puasa nanti kan, apalagi buat yang udah berhasil jalanin puasa full sehari. Mulai dari siomay, sampe dengan es plastikan.
Oke, lanjut ke takjil yang digunakan buat buka puasa. Kalau di tiap masjid biasanya sih santri-santri ini akan disiapkan takjil pada umumnya minuman dan makanan yang bisa berisi kemasan snack atau nasi bungkus. Tapi, anak-anak ini biasanya makan snack aja setelah mereka minum, baru bisa lanjut sholat maghrib.
Balik lagi ke takjil. Menu takjil yang disediakan oleh masjid di kota-kota besar tentu berbeda dengan menu takjil yang disediakan oleh masjid di pedesaan. Kalau di kota kadang kita bisa aja sekedar nemu makanan seperti nasi kebuli, chicken teriyaki, atau bahkan kambing guling. Bukankah sangat menggoda anak-anak kos yang masih membutuhkan banyak asupan gizi.
Kalau di desa, mungkin menu yang disajikan bisa saja berbeda. Kami berbuka puasa dengan segelas teh panas dan juga snack maupun nasi kuning atau nasi uduk serta menu lainnya. Tapi, bagiku yang tinggal di pedesaan, justru menu berbuka puasa di pedesaan lebih lengkap lagi. Pasalnya, menu di desa bukan hanya makanan takjil yang disajikan saja, tapi juga ditambahkan dengan ramai diskusi ibu-ibu jamaah, keributan anak-anak santri yang menunggu adzan maghrib, serta senyuman anak-anak santri serta jamaah masjid yang telah melepas dahaga.
Tapi, dibalik itu semua, sebenarnya perihal takjil untuk buka puasa bukanlah hal yang harus dipersoalkan, selama tidak mengurangi esensi dari ibadah puasa Ramadhan itu sendiri, bukankah begitu kawan? Marhaban yaa ramadhan, selamat menjalankan ibadah puasanya. Semoga puasanya kuat sampe akhir yaa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H