Arab Saudi merupakan salah satu negara di Kawasan Timur Tengah yang terletak di Jazirah Arab dengan gurun pasir yang menjadi sebagian besar wilayahnya.[1] Kekayaan alam berupa bahan tambang di Arab Saudi diantaranya berupa fosfat, emas, tembaga, silika dan batu kapur, zinc, uranium, biji besi, niobium, perak, feldspar, dan bauksit.[2] Salah satu kekayaan alam tersebut yang berupa minyak bumi merupakan bagian penting yang menopang perekonomian dari negara tersebut. Fakta terbaru menunjukkan bahwa Arab Saudi baru saja mengumumkan berita penemuan terhadap empat ladang minyak dan gas yang dilakukan oleh Saudi Aramco. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak raksasa di Arab Saudi yang juga merupakan produsen minyak terbesar di dunia yang memiliki kemampuan dalam memompa 10% total pasokan minyak di dunia.[3] Perusahaan tersebut juga digadang sebagai perusahaan yang paling menguntungkan di dunia.Â
 Sejarah Penemuan Saudi Aramco
Perusahaan Saudi Arabian American Oil Company atau biasa disingkat dengan Saudi Aramco ditemukan oleh keluarga Rockefeller melalui Standard Oil Company pada tahun 1938 yang pada awalnya bernama Perusahaan Minyak Amerika Arab.[4] Pada tahun 1949, produksi minyak mentah yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut telah mencapai 500 barrel perhari.[5] Pada tahun 2017, Aramco memiliki cadangan cair 260,2 milliar barel setara minyak dengan perkiraan masa cadangan selama 54 tahun.[6] Pada tahun 2018, kapasitas penyulingan bersih yang dimiliki Aramco adalah sebesar 3,1 juta barrel perhari.[7] Berdasarkan catatan global 500 milik Fortune, Saudi Aramco berada dalam urutan ke 6 perusahaan raksasa dunia dengan total pendapatan sebesar 329,7 milliar US Dollar dengan keuntungan 88,2 milliar US Dollar serta asset sebesar 398,3 milliar US Dollar pada tahun 2020.[8] Perusahan tersebut menemukan sumur migas di sejumlah bagian di negeri tersebut. Salah satunya adalah ditemukannya minyak non konvensional di ladang minyak Al-Reesh, barat laut Dhahran.[9]  Melalui besarnya cadangan minyak yang dimiliki oleh Arab Saudi, kerajaan telah berhasil menjadi pemimpin de facto dari OPEC yang juga berperan  dalam mengendalikan pergerakan harga minyak di pasar minyak dunia.Â
Pada tahun 2020, Arab Saudi mengumumkan adanya pemangkasan terhadap produksi minyaknya sebesar 1 juta barel perhari, dimana target tersebut dilakukan dengan memompa minyak kurang dari 7,5 juta barel perhari dibandingkan target sebelumnya yaitu 8,5 juta barel perhari di bawah perjanjian terbaru OPEC.[10] Pemangkasan produksi minyak dan gas dilakukan setelah adanya serangan drone terhadap dua kilang minyak terbesar yang dijalankan oleh perusahaan Saudi Aramco yang telah mengurangi besaran produksi minyak mentah sebesar 5,7 juta barel perhari atau sekitar setengah dari total produksi minyak dari kerajaan Arab Saudi.[11] Serangan tersebut memaksa Saudi Aramco untuk menutup lebih dari setengah produksi minyaknya yang berakibat pada melonjaknya harga minyak dunia dalam besaran yang cukup tinggi.[12] Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman menggantungkan pada daftar perusahaan besar, salah satunya yaitu Saudi Aramco untuk menginvestasikan 1,3 trilliun US Dollar di kerajaan hingga dekada berikutnya dan mendesak untuk mengurangi deviden dalam rangka mempercepat rencana untuk mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada produksi minyak.[13]Â
Tantangan Saudi Aramco
Arab Saudi merupakan negara kunci yang berperan sebagai pemegang peranan penting dalam arah pergerakan minyak dunia melalui adanya "Aramco Effect". Pada tahun 2019, fenomena tersebut telah menyebabkan adanya kenaikan harga minyak sebesar 15% setelah adanya perununan dalam 4 minggu terakhir.[14] Pada tahun 2020, bertepatan dengan masa terjadinya pandemi COVID-19 yang melanda dunia, keberadaan pandemi tersebut telah memberikan dampak terhadap penurunan keuntungan atau profit perusahaan Saudi Aramco menjadi 49 milliar US dollar di tengah guncangan pasar akibat keberadaan pandemi.[15] Selain itu, Arab Saudi diketahui juga telah menjual saham di Aramco sebesar 1,5 % dan sukses meraup lebih dari 25 milliar US Dollar sebagai penawaran saham terbesar dalam sepanjang sejarah.[16] Meskipun begitu, Aramco tetap berkomitmen untuk membayarkan devidennya sebesar 18,74 milliar US Dollar dari total deviden sebesar 75 milliar US Dollar.[17] Tidak hanya pandemi, namun keberadaan konflik-konflik di negara-negara di Timur Tengah juga telah memberikan tantangan tersendiri bagi keberlangsungan proses usaha dari Saudi Aramco. Salah satunya adalah keterlibatan Arab Saudi dalam konflik di Yaman telah menyebabkan adanya serangan drone yang merusak fasilitas kilang minyak Saudi Aramco di Riyadh. Salah satu serangan dilakukan oleh pasukan Houthi dengan adanya dugaan jatuhnya pecahan rudal balistik di dekat kompleks perumahan di Dhahran yang merupakan bagian dari Kawasan milik Aramco.[18] Selain itu, pasukan Houthi juga diduga telah melakukan penyerangan pada fasilitas produksi minyak paling penting yang berada di Khurais dan Abqaiq.[19] Hal tersebut menyebabkan lumpuhnya lima persen produksi atau pasokan minyak dunia serta kenaikan harga minyak mentah hingga sebesar 20% yang merupakan rekor tertinggi dalam tiga puluh tahun terakhir.Â
Â
Komitmen Saudi Aramco
Pada tahun 2021, Aramco menurunkan pedoman belanja modal menjadi sekitar 35 milliar US Dollar dari kisaran 40 milliar US Dollar, dimana total belanja modal pada tahun sebelumnya adalah sebesar 27 milliar US Dollar.[20] Â Meskipun selama tahun 2020, kinerja perusahaan mengalami penurunan yang sangat tajam, namun optimistis terhadap peningkatan keuangan Aramco masih diharapkan pada tahun ini. Dalam hal tersebut, Saudi Aramco berencana mengembalikan tingkat produksi minyak mencapai posisi yang sama sebelum masa pandemi, yaitu sekitat 99 juta barel perhari pada akhir tahun nanti.[21]Â
Menurut Thunder Said Energy, salah satu perusahaan konsultan di dunia menyebutkan Saudi Aramco sebagai perusahaan minyak yang paling efektif dalam menurunkan emisi gas metana.[22] Selain itu, Aramco juga disebut sebagai perusahaan migas yang memiliki agenda untuk mengurangi emisi gas metana pada masa mendatang. Komitmen tersebut diwujudkan melalui investasi besar yang dilakukan oleh Aramco dalam bentuk riset serta pengembangan energi alternatif terbarukan yang bersifat ramah lingkungan.
Â