Surga Dunia di Alor, Indonesia
   Alor adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara. Luas wilayahnya 2.119 km, dan titik tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores dan Laut Banda di sebelah utara, Selat Ombai di selatan (memisahkan dengan Pulau Timor), serta Selat Pantar di barat (memisahkan dengan Pulau Pantar. Pulau Alor adalah satu dari 92 pulau terluar Indonesia karena berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah selatan. Pulau Alor merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi  Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Selain memiliki keindahan Alam yang dapat dilihat secara langsung didaratan dan dipantai, Pulau Alor juga memiliki keindahan Alam dibawah laut berupa ikan-ikan langka nan indah serta karang dan tumbuhan-tumbuhan laut yang begitu mempesona. Â Salah satu jenis flora yang dapat kita temukan di dasar lautnya yaitu berupa tumbuhan "lamun".Â
Lamun  atau sejenis rumput yang hidup di dasar laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin.  Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae).
     Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas.
Karakteristik ekologis padang lamun
- Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
- Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
- Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
- Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
- Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generative
- Mampu hidup di media air asin
- Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik
Morfologi  Lamun (Seagrass)
    Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkat keseragaman yang tinggi. Hampir semua genera lamun (Seagrass) memiliki rhizoma yang sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila memiliki bentuk lonjong.
     Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaan ekologik lamun (den Hartog, 1977). Misalnya Parvozosterid dan Halophilid dapat dijumpai pada hampir semua habitat, mulai dari pasir yang kasar sampai limpur yang lunak, mulai dari daerah dangkal sampai dalam, mulai dari laut terbuka sampai estuari. Magnosterid dapat dijumpai pada berbagai substrat, tetapi terbatas pada daerah sublitoral sampai batas rata-rata daerah surut. Secara umum lamun memiliki bentuk luar yang sama, dan yang membedakan antar spesies adalah keanekaragaman bentuk organ sistem vegetatif. Menjadi tumbuhan yang memiliki pembuluh, lamun juga memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan tumbuhan darat yaitu rumput. Berbeda dengan rumput laut (marine alga/seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluh internal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air, dan gas.
Indonesia tercatat memiliki 15 jenis lamun dari 70 jenis lamun dunia. Sedangkan untuk luasan padang lamun di Indonesia diestimasi memiliki luasan 3 juta ha, saat ini baru seluas 25.742 ha telah divalidasi oleh Puslit Oseanografi dari 29 lokasi. Â Penyebaran padang lamun di Indonesia mencangkup perairan Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Spesies yang dominan dan dijumpai hampir diseluruh Indonesia adalah Thalassia hemprichii (Brouns, 1985; Hutomo et al. 1988 dalam Dahuri, 2003).Â
Duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu anggota Sirenia atau lembu laut yang masih bertahan hidup selain manatee dan mampu mencapai usia 22 sampai 25 tahun. Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah. Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku Dugongidae. Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia.Â
   Sebagai herbivora, dugong sangat tergantung pada kehadiran lamun sebagai pakan alami dan kondisi laut yang sehat. Dugong mengkonsumsi sekitar 28-40 kg lamun tiap hari sebagai makanan utama secara normal, namun beberapa peneliti memiliki pandangan bahwa dugong secara tidak sengaja memakan invertebrate (Preen,1995). Hilangnya padang lamun merupakan ancaman utama bagi dugong.
Dimana saja tempat hidup dugong?
Padang lamun merupakan kawasan strategis bagi tempat hidup/habitat dugong, dan ditemukan di beberapa tempat di Indonesia Tengah dan Timur antara lain di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, hingga Papua. Beberapa tempat di Sulawesi Utara seperti di Mantehage, Nain, Blongko dan Bunaken memiliki beberapa jenis lamun.
   Jenis lamun meliputi Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan Cymodocea sp., Enhalus acoroides (Marsh et al., 2002). Observasi dan hasi interview terkini oleh penulis memperkuat indikasi bahwa dugong menggemari perairan sepanjang kepulauan di Bunaken, Minasa Utara, hingga Kepulauan Siau dan Kepulauan Sangihe.
    Bisa jadi, rangkaian pulau-pulau di Nusa Utara ini berperan sebagai "koridor migrasi" antara Kawasan Wallacea dengan Kepulauan Filipina. Sehingga, keberadaan lamun di kepulauan ini menjadi bermakna signifikan bagi keberlangsungan hidup dugong dan proses migrasinya. Walaupun, asumsi ini masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.
    Beberapa peneliti melaporkan adanya temuan dugong di wilayah Indonesia Tengah, seperti di Bali, dijumpai oleh surfer di wilayah pantai Uluwatu, serta Bukit Peninsular.
    Hubungan antara duyung dan lamun termasuk ke dalam simbiosis mutualisme. Duyung memakan lamun dan mengontrol sebarannya, sekaligus memperlancar siklus nutrien pada habitat lamun. Sedangkan lamun memanfaatkan kotoran duyung untuk perkembangannya.Â
Melestarikan Lamun Sebagai Langkah Pelestarian DugongÂ
Populasi duyung sangat bergantung pada lamun sebagai habitat dan sumber pakan. Sedangkan lamun, sekali hancur maka kapasitasnya untuk pulih terbatas dan lambat, dan sebagian besar tergantung pada kedatangan benih atau bibit. Kerusakan itu bisa memakan waktu puluhan tahun untuk diperbaiki. Kehancuran lamun pun akan menyebabkan karbondioksida yang diambil dan disimpan di tanah dan biomassa mereka (melalui biosequestration), dilepaskan kembali ke atmosfer. Emisi karbon tersebut kemudian menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Namun, berbeda dengan hutan yang menyimpan karbon selama sekitar 60 tahun sebelum melepaskan sebagian besar dari itu, padang lamun sering menyimpan karbon selama ribuan tahun sampai mereka terganggu. Sebagai konsekuensi lain dari terganggu/matinya lamun, pertumbuhan alga dan plankton juga akan meningkat.Â
Oleh karena itu, agar padang lamun bisa dipulihkan lebih cepat, kita bisa menaburkan benih atau menanam bibit secara manual. Bisa juga dengan mencangkokkan spesies yang lebih tahan banting dari daerah lain (Theguardian.com). Atau dengan melakukan transplantasi lamun.Â
Karena perkembangan lamun tidak selalu dapat dilihat dengan mata telanjang, dibutuhkan suatu metode agar bisa mengetahui kondisinya. Profesor Marianne Holmer, dari Departemen Biologi di University of Southern Denmark, telah mempelajari ekologi dan biogeokimia lamun di ekosistem beriklim tropis selama bertahun-tahun. Bersama dengan Kieryn Kilminster dari Departemen Air di Australia Barat, ia kini telah mengembangkan teknik yang dapat mendeteksi apakah kondisi sedimen merupakan masalah bagi lamun. Caranya, sepotong kecil jaringan tanaman lamun dibawa ke laboratorium. Kemudian dianalisis dengan spektrometer massa, mengandung belerang atau tidak. Jika mengandung belerang, berarti tanaman telah menyerap sulfida dari dasar laut. Sulfida tersebut dibentuk oleh bakteri pereduksi sulfat. Mereka muncul ketika oksigen menghilang dari dasar laut. Artinya, dasar laut tersebut bukan lingkungan yang sehat untuk lamun.Â
DAFTAR PUSTAKAhttps://bluecarbonconsortium.org/portfolio-archive/lamun-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Alor
https://traveltodayindonesia.com/jelang-hut-ri-22-kapal-yacht-dari-australia-akan-ke-alor/
https://www.slideshare.net/terangi2011/workshop-pb-ekosistem-pesisir
https://www.mongabay.co.id/2015/04/26/duyung-mamalia-laut-yang-perlu-perhatian/
https://www.cerahdanmencerahkan.com/2018/04/lestarikan-duyung-dan-padang-lamun-demi.html
https://species.wikimedia.org/wiki/Thalassia_hemprichii http://www.gurugeografi.id/2017/03/ekosistem-padang-lamun-dan.html
https://www.mongabay.co.id/2017/09/30/dugong-ditemukan-mati-dan-dipotong-potong-di-sungai-sempur-rupat-riau/
https://www.mongabay.co.id/2017/09/30/dugong-ditemukan-mati-dan-dipotong-potong-di-sungai-sempur-rupat-riau/
http://www.pksdmo.lipi.go.id/BERITA/Peresmian-Kampanye-Dugong-and-Seagrass-Conservation-Project-DSCP-Indonesia.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H