Mohon tunggu...
Millennia Agatha
Millennia Agatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - A dream catcher and long life learner

Hello!^^ Let's write together about everything.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lamunanmu Keindahan Tuhan Untukku

16 April 2021   23:33 Diperbarui: 16 April 2021   23:38 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Sebagai herbivora, dugong sangat tergantung pada kehadiran lamun sebagai pakan alami dan kondisi laut yang sehat. Dugong mengkonsumsi sekitar 28-40 kg lamun tiap hari sebagai makanan utama secara normal, namun beberapa peneliti memiliki pandangan bahwa dugong secara tidak sengaja memakan invertebrate (Preen,1995). Hilangnya padang lamun merupakan ancaman utama bagi dugong.

Dimana saja tempat hidup dugong?

Padang lamun merupakan kawasan strategis bagi tempat hidup/habitat dugong, dan ditemukan di beberapa tempat di Indonesia Tengah dan Timur antara lain di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, hingga Papua. Beberapa tempat di Sulawesi Utara seperti di Mantehage, Nain, Blongko dan Bunaken memiliki beberapa jenis lamun.

      Jenis lamun meliputi Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan Cymodocea sp., Enhalus acoroides (Marsh et al., 2002). Observasi dan hasi interview terkini oleh penulis memperkuat indikasi bahwa dugong menggemari perairan sepanjang kepulauan di Bunaken, Minasa Utara, hingga Kepulauan Siau dan Kepulauan Sangihe.

        Bisa jadi, rangkaian pulau-pulau di Nusa Utara ini berperan sebagai "koridor migrasi" antara Kawasan Wallacea dengan Kepulauan Filipina. Sehingga, keberadaan lamun di kepulauan ini menjadi bermakna signifikan bagi keberlangsungan hidup dugong dan proses migrasinya. Walaupun, asumsi ini masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.

        Beberapa peneliti melaporkan adanya temuan dugong di wilayah Indonesia Tengah, seperti di Bali, dijumpai oleh surfer di wilayah pantai Uluwatu, serta Bukit Peninsular.

        Hubungan antara duyung dan lamun termasuk ke dalam simbiosis mutualisme. Duyung memakan lamun dan mengontrol sebarannya, sekaligus memperlancar siklus nutrien pada habitat lamun. Sedangkan lamun memanfaatkan kotoran duyung untuk perkembangannya. 

Melestarikan Lamun Sebagai Langkah Pelestarian Dugong 

Populasi duyung sangat bergantung pada lamun sebagai habitat dan sumber pakan. Sedangkan lamun, sekali hancur maka kapasitasnya untuk pulih terbatas dan lambat, dan sebagian besar tergantung pada kedatangan benih atau bibit. Kerusakan itu bisa memakan waktu puluhan tahun untuk diperbaiki. Kehancuran lamun pun akan menyebabkan karbondioksida yang diambil dan disimpan di tanah dan biomassa mereka (melalui biosequestration), dilepaskan kembali ke atmosfer. Emisi karbon tersebut kemudian menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Namun, berbeda dengan hutan yang menyimpan karbon selama sekitar 60 tahun sebelum melepaskan sebagian besar dari itu, padang lamun sering menyimpan karbon selama ribuan tahun sampai mereka terganggu. Sebagai konsekuensi lain dari terganggu/matinya lamun, pertumbuhan alga dan plankton juga akan meningkat. 

Oleh karena itu, agar padang lamun bisa dipulihkan lebih cepat, kita bisa menaburkan benih atau menanam bibit secara manual. Bisa juga dengan mencangkokkan spesies yang lebih tahan banting dari daerah lain (Theguardian.com). Atau dengan melakukan transplantasi lamun. 

Karena perkembangan lamun tidak selalu dapat dilihat dengan mata telanjang, dibutuhkan suatu metode agar bisa mengetahui kondisinya. Profesor Marianne Holmer, dari Departemen Biologi di University of Southern Denmark, telah mempelajari ekologi dan biogeokimia lamun di ekosistem beriklim tropis selama bertahun-tahun. Bersama dengan Kieryn Kilminster dari Departemen Air di Australia Barat, ia kini telah mengembangkan teknik yang dapat mendeteksi apakah kondisi sedimen merupakan masalah bagi lamun. Caranya, sepotong kecil jaringan tanaman lamun dibawa ke laboratorium. Kemudian dianalisis dengan spektrometer massa, mengandung belerang atau tidak. Jika mengandung belerang, berarti tanaman telah menyerap sulfida dari dasar laut. Sulfida tersebut dibentuk oleh bakteri pereduksi sulfat. Mereka muncul ketika oksigen menghilang dari dasar laut. Artinya, dasar laut tersebut bukan lingkungan yang sehat untuk lamun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun