Mohon tunggu...
Millati Husna
Millati Husna Mohon Tunggu... -

Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Visit:http//millatihusna.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sebuah Psikologi Tak ‘Kan Berakhir

8 April 2015   05:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk termenung melihat indahnya langit dan bumi

Sungguh, begitu indah ciptaanNya

Berdzikir dan bertasbih tiada henti

Sungguh menawan rupanya

Manusia sering sekali terjerat dengan bahasa maupun pikiran yang dibuatnya sendiri, apa yang dia lihat belum tentu benar, menduga menduga dan menduga. Bahkan sering sekali memberikan penilaian atau pelebelan yang negatif kepada orang lain. Padahal, tidak semua sisi kehidupan bisa dicerna oleh akal dan bisa dimengerti oleh bahasa. Seperti yang diungkapkan oleh Epictetus orang terganggu bukan karena sebuah peristiwa, tetapi dengan pandangan yang mereka ambil dari cara pandang mereka sendiri. Dari situlah terkadang perasaan benci, dendam, tidak suka muncul.

Manusia digolongkan menjadi dua kemungkinan. Pertama, manusia sebagai makhluk yang “miskin”, “lemah”, atau “serba kekurangan”, dan kedua, manusia sebagai makhluk yang “kaya”, “bermartabat”, dan “mempunyai banyak kelebihan”. Ketentuan berada ditangan Tuhan, namun manusia tetap bisa berusaha dan berdo’a untuk mewujudkan keinginanya tersebut.

Dengan ketololannya, manusia seringkali menjadi rakus, sombong, bengis, tamak, ini salah, itu salah, yang benar hanyalah saya!. Banyak peristiwa menjadikan manusia menjadi seperti itu... Banyak bermimpi namun tak ada usaha. Tetap beusaha namun tak berdo’a. Selalu bedo’a namun tak berusaha. Menusia sering sekali hanya menerima “kebenaran”, dari situlah muncul kegilaan dan melebel orang lain “Dosa”, “Menyimpang”, “Tak bermoral”, “Bejat”, “Tidak normal”, “Bermasalah”. Menurut Deleuze dan Guattari “orang yang menormalkan diri dengan menyamakan diri dengan orang lain, sejatinya terjebak dalam logika berpikir yang mereka buat sendiri”.

Walaupun manusia mempunyai banyak kekurangan, namun disisi lain manusia bisa menutupi kekurangannya tersebut dengan cara mengekspresikan talenta yang dimilikinya. Manusia bisa bertahan dengan kekurangannya, dengan kekurangannya tersebut manusia bisa memunculkan talenta yang tertutupi. Hanya orang yang “tertekan” dan “tersiksa” yang bisa memunculkan potensinya secara maksimal. Belajar ikhlas, bermanfaat bagi orang lain dan tanpa merasa keAkuan.

Orang yang dilebel “bermasalah” tidak selamanya bermasalah. Tergantung dari mana dia memandang orang tersebut. Apa yang kita pamahi pada dasarnya sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Segala pengkategorian merupakan kegiatan pola pikir dan bahasa yang kita kehendaki. Kita sering terkecoh dengan ucapan yang “melebel” orang lain. Boleh jadi keterkecohan tersebut akibat kita mempunyai rasa benci kepada orang yang dibicarakan atau akibat dari rasa percaya diri kita kepada orang yang memberikan informasi tersebut. Dalam psikologi untuk mengetahui kebenaran data yang kita terima, ada macam-macam karakteristik dan model penelitian yang bisa kita gunakan, ada pendekatan menggunakan studi kasus, biografi, fenomenologi, etnografi dan grounded theory.

Dimana ada manusia, disitu ada psikologi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun