Di gersang kemarau dan basah penghujan
Oleh :Milla Joesoef
Juni tanggal 30, hari ini ulang tahun sahabatku Nita. Rasanya nyaris 8 tahun kami tak temui sempat untuk bersua. Aku, dalam penjara rumah. Menyeret bola besi berantai di tiap jejakanku bersamaan tanggung jawab dengan beramnesia akan setiap hakku sebagai manusia merdeka.Â
Kuhempas keluh dan lelah ke tong sampah, yang tak aku miliki.Â
Meradang, aku kerap. Alam pikirku begadang di antara lelap. Hari-hari sesak seakan semalaman suntuk tidur tengkurap. Merindu dan mengutuki jarak, entah berapa banyak isakku jatuh berserak.
Sungguh gersang nuansa puncak kemarau, pun pula merambat pada gersang di rongga jiwaku. Terkenang masa ketika pundakku tangguh pada pikul, santai melenggang. Kini aku terpaksa terduduk di tengah wabah.Â
Tak jarang terpikir angan inginku menular air bah merekonstruksi peradaban dengan nalar-nalar terpilah. Namun, tak sempat dan tak berdaya aku membuat bahtera dari tiga ratus hasta kali lima puluh hasta kali tiga puluh hasta.
Perulangan keseharian menumpuk jenuh, dan kecewa nan mengendap tak pudar menggodai tatap. Until demi upeti harus terbayangkan tepat masa. Aneka punta dan tuntut berbaris meminta wujud.Â
Aku si lajang dengan segenap diri sebagai penopang. Tak ada satu mendengar gemeretak rapuhku nan umpama kayu melapuk. Tak ada satu menilik pelik luka-lukaku mencambukku.
November 29, ulang tahun Tenri sahabatku. Mengawali deras dan gemericik hujan di sepanjang pagi dan malam. Aku mendamba teduh, rindang, damai membasuh risau sedihku. Tak setiap dengar lowongan tolong di bisu lirihku. Aku menggores tinta dan mengetik kata di buku catatan dan layar gawaiku.
Tujuanku adalah mencari lari untuk sekejap bersembunyi berbakusapa kembali mencari ia yang jauh terperosok kedalam mengais suaka menanti usia menepi.